Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Tambang Global dan Nasional Ada di Ujung Tanduk?

Kompas.com - 15/12/2016, 12:44 WIB
Mikhael Gewati

Penulis


KOMPAS.com
– Perlambatan ekonomi dunia telah membuat permintaan komoditas barang tambang menurun. Akibatnya harga jual komoditas tersebut anjlok. Lalu, apakah riwayat industri tambang tamat?

Hasil riset Pricewaterhouse Coopers (PwC) pada 2016 menyebutkan, sebanyak 40 perusahaan tambang global mengalami kerugian terbesar sepanjang sejarah selama 2015.

Pada tahun itu, mereka menderita kerugian 27 milliar dollar AS atau setara sekitar Rp 364,5 triliun dengan kurs Rp 13.500 per dollar AS.

"Tahun lalu merupakan tahun penuh tantangan bagi sektor pertambangan," ujar Global Mining Leader di PwC Jock O’Callaghan, seperti dimuat Kompas.com, Rabu (8/6/2016).

Pada tahun ini, harga komoditas tambang pun kembali turun 25 persen dibanding tahun lalu.

Agar bisa bertahan, perusahaan tambang berusaha meningkatkan produktivitasnya. Namun, ada pula yang melepas aset atau menutup usahanya.

Setali tiga uang, kondisi serupa juga terjadi di Indonesia. Anjloknya harga komoditas tambang dan menurunnya permintaan bahan tambang dari China, berdampak buruk bagi kinerja keuangan perusahaan pertambangan dalam negeri.

Sacha Winzenried, Lead Adviser for Energy, Utilities & Mining PwC Indonesia mengatakan, kapitalisasi pasar perusahaan pertambangan nasional yang tercatat di Bursa Efek Indonesia menurun.

Pada 31 Desember 2015 nilai kapitalisasi perusahaan tambang nasional di pasar modal Rp 161 triliun, turun jauh bila dibandingkan pada 31 Desember 2014 yang mencapai Rp 255 triliun.

“Serupa dengan perusahaan pertambangan global, perusahaan pertambangan di Indonesia akan terus berfokus pada produktivitas, pengurangan biaya, dan disiplin modal selama masa sulit industri ini,” kata Winzenried, seperti ditulis Kompas.com, Rabu (8/6/2016).

Krisis di industri tambang tak pelak membuat Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor mineral dan batubara (minerba) ikut turun.

Fransiskus Simbolon/KONTAN Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang PS Brodjonegoro

“PNBP pertambangan minerba (pada 2015) terkumpul Rp 18,8 triliun, angka itu di bawah tahun lalu yang sebesar Rp 19,3 triliun,” kata Bambang PS Brodjonegoro saat masih menjabat sebagai Menteri Keuangan, seperti dikutip Kompas.com, Kamis(28/1/2016).

Realisasi PNBP pertambangan minerba pun, kata Bambang, meleset jauh dari target Rp 31,7 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015.

Peluang tetap ada

Namun, sejarah masih terus mencatat, sejumlah perusahaan tambang tetap beroperasi dan bahkan menangguk untung hingga sekarang. PT Antam (persero) Tbk, misalnya.

Agar bisa bertahan industri tambang dalam negeri mau tak mau harus melakukan efisiensi dan berinovasi. Antam membuktikan, kedua "jurus" itu menjadi cara mereka keluar dari kondisi sulit dan kerugian besar.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com