Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rhenald Kasali
Guru Besar Manajemen

Akademisi dan praktisi bisnis yang juga guru besar bidang Ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sejumlah buku telah dituliskannya antara lain Sembilan Fenomena Bisnis (1997), Change! (2005), Recode Your Change DNA (2007), Disruptions, Tommorow Is Today, Self Disruption dan The Great Shifting. Atas buku-buku yang ditulisnya, Rhenald Kasali mendapat penghargaan Writer of The Year 2018 dari Ikapi

Tahun Pergumulan Internal

Kompas.com - 04/01/2017, 06:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

KOMPAS.com - Banyak orang yang bertanya bagaimana wujud perubahan yang bakal dihadapi bangsa ini di tahun 2017. Apakah kita bakal membaik atau memburuk? Maksudnya, setelah heboh-heboh besar dengan topik-topik sensitif yang telah menimbulkan perselisihan sesama kawan di akhir 2016 yang baru kita lewati, apa konsekuensi yang bakal kita hadapi?

Seperti biasa, tentu saja ada dua pihak: Mereka yang siap menghadapi perubahan dengan standar moral yang tinggi, dan yang cemas atau merasa terancam, bahkan untuk itu rela "membeli" perubahan dengan standar moral yang, maaf, sulit dipertanggungjawabkan.

Tetapi apapun juga, kita tengah menghadapi sebuah suasana yang merata di seluruh dunia: kesulitan manusia untuk menguji kebenaran dari hadirnya internet gelombang ke-3. Alih-alih bertengkar keluar, banyak orang terperangkap dengan “saling berkelahi” di dalam.

Ini membuat banyak orang yang akan menghadapi sebuah pergumulan hebat, pertentangan batin antara pro-kontra, ya atau tidak. Pergumulan, yang dalam Change Management, disebut berselera rendah. Bagai bertarung melawan bangsa sendiri. Saudara berkelahi dengan adik-kakaknya sendiri. Seakan tumpul keluar.

Namun akibatnya berat bagi perekonomian. Berat bagi pembangunan dan berat bagi bisnis dan penciptaan lapangan kerja baru.

Abad Kecepatan Super

Saya ajak Anda dulu untuk mengikuti sumber dari segala pergulatan itu, yaitu informasi, dan ini tak lepas dari teknologi. Kita ketahui gelombang pertama internet: Connectivity sudah kita alami. Ini terjadi tidak lama setelah Alvin Toffler menulis buku “Gelombang Ketiga” dan meramalkan abad informasi seperti yang kita jalani hari ini.

"Gelombang ketiga" yang diulas Toffler itu menginspirasi tokoh-tokoh seperti Bill Gates, Steve Jobs, Steve Case, Andy Groove dan tokoh-tokoh lainnya, untuk bergerak, menciptakan dunia baru.

Saya masih ingat ketika mengambil program doktoral di Amerika Serikat pada tahun 1990-an saat internet baru diperkenalkan, hampir semua host talkshow televisi bertanya: “Ini gunanya apa? Bagaimana memakainya?”

Para pioner merayu agar para pembuat komputer mau memasukkan modem dan software buatan mereka sehingga makin banyak mesin yang bisa terhubung.

Selanjutnya, gelombang kedua, terjadi di awal abad 21, saat manusia mulai bisa menggunakan jaringan yang terhubung itu untuk digitalisasi perdagangan dan bersosialisasi. Munculnya Alibaba, e-Bay, Facebook, Instagram sampai Airbnb dan Uber adalah indikasi gelombang kedua.

Dan kini, kita telah memasuki gelombang ketiga, setelah smartphone menghubungkan hampir seluruh kehidupan. Manusia mulai pindah ke dalamnya. Internet of Things menjelajah kehidupan kita, dari DNA, alat monitor jantung, biochips, home automation, smart city, smart energy, dan smart politics. Kata para ilmuwan, smartphone, dumb people.

Terbentuklah disrupted society, yaitu masyarakat baru yang nyaris terputus dengan dunia lama. Persis seperti sebuah pabrik besar di kota kecil yang memberi hidup banyak orang yang tiba-tiba ditutup. Semua orang heboh, sementara pabrik-pabrik yang baru masih kecil-kecil.

Corporate Disruptive Mindset

Pergumulan internal yang mengakibatkan kita semakin tahu, namun semakin rapuh, sebenarnya bukan gejala baru dalam perubahan. Sebab yang pandai itu alatnya, bukan manusianya. Apalagi begitu dunia internet mencapai puncaknya. Jauh sebelum manusia mengenal smartphone, para eksekutif di Kodak telah mengalami derita terlebih dahulu akibat dari pergumulan ini.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com