Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dewan Energi Nasional: Pemanfaatan Energi Terbarukan Masih Sangat Rendah

Kompas.com - 21/02/2017, 16:31 WIB
Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) secara nasional dinilai masih sangat rendah. Hingga 2016, tercatat masih pada kisaran 6 persen. Sebanyak 94 persen sisanya masih menggunakan energi fosil.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Tumiran, meminta pemerintah lebih agresif memanfaatkan EBT untuk mengurangi ketergantungan pada pemanfaatan energi fosil yang cadangannya terus menipis.

"Potensi EBT sangat banyak, sementara energi fosil terus menipis, solusinya pemanfaatan EBT harus digenjot," katanya dalam seminar EBT di Surabaya, Selasa (21/2/2017).

Potensi EBT di Indonesia, menurut Tumiran, cukup besar. Kementerian ESDM mencatat, untuk mikrohidro dan minihidro potensinya mencapai 19.385 MW, panas bumi mencapai 29.544 MW, tenaga surya mencapai 207.898 MW, angin 60.647 MW, energi laut 287.822 MW dan bio energi mencapai 32.653 MW.

Potensi itu kata Tumiran, bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, guna mengaliri 8,5 juta rumah tangga di Indonesia yang belum teraliri listrik. Rumah tangga itu tersebar di 2.519 desa dan 136 kecamatan di seluruh Indonesia.

Dewan Energi Nasional bersama pemerintah sudah merumuskan kebijakan energi nasional dalam PP no 79 tahun 2014 untuk menjamin keamanan suplai energi dengan mendorong pemanfaatan EBT hingga 23 persen  di tahun 2025, dan 31 persen pada tahun 2050.

"Saya optimis target itu terpenuhi melihat semakin banyaknya pembangkit listrik yang memanfaatkan EBT dibangun di sejumlah daerah," tutupnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com