Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merpati Ingin Seperti Garuda

Kompas.com - 19/07/2013, 11:40 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - PT Merpati Nusantara Airline tetap optimis bisa menyelesaikan restrukturisasi utangnya sekitar Rp 6 triliun. Pihaknya berharap restrukturisasi tersebut bisa seperti yang dilakukan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).

Direktur Utama Merpati Rudy Setyopurnomo mengatakan, utang milik Merpati ini bahkan lebih kecil dari utang Garuda Indonesia yang mencapai Rp 15 triliun. Pihaknya optimis pemerintah bisa menyelesaikan masalah utang itu.

"Jadi opsi yang mungkin untuk restrukturisasi utang adalah utangnya di-swap jadi saham, seperti Garuda. Gampang saja kok, dipindahkan ke bagian kiri saja (pembukuannya)," kata Rudy kepada Kompas.com saat ditemui di Hotel Shangri-La Jakarta, Kamis (18/7/2013) malam.

Rudy menambahkan, pihaknya yakin pemerintah mau membantu masalah yang dialami salah satu maskapai pelat merah ini. Sebab, mayoritas utang merupakan utang ke perusahaan BUMN. Sehingga bila Kementerian BUMN mengizinkan, maka proses restrukturisasi tersebut akan lebih mudah.

Saat ini, Merpati memiliki utang ke sejumlah perusahaan meliputi PT Pertamina, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Sebenarnya pemerintah berupaya memberikan suntikan dana hingga Rp 561 miliar dari APBN hingga akhir 2011. Namun, usulan suntikan tambahan sebesar Rp 250 miliar pada tahun 2012 tidak terealisasi hingga saat ini.

Lantas Kementerian BUMN membentuk tim restrukturisasi untuk mengembangkan Merpati agar maskapai tersebut bisa mandiri dan mampu menaikkan pendapatan operasionalnya. Namun ternyata hingga saat ini, operasional Merpati belum mampu untung tinggi. "Kalau dijual, ya tidak masalah. Yang jual kan yang punya," katanya.

Rudy saat ini akan fokus mengembangkan Merpati agar mampu untung dan memberikan manfaat bagi pemegang saham, yaitu Kementerian BUMN. "Jadi saya mau kembangkan Merpati, caranya pemerintah (pemegang saham) bisa mengundang investor dan bisa kerja sama operasi (KSO). Jadi tidak masalah (kalau dijual)," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com