Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkeu: Berbahaya Kalau Investasi Kita Turun

Kompas.com - 27/07/2013, 18:48 WIB
Heru Margianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai investasi yang turun dapat mengganggu target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pada angka di atas enam persen, kata Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro.

"Berbahaya kalau investasi kita turun, karena kalau ekspor turun, kita harus bisa kompensasi dengan FDI dan investasi lainnya dalam bentuk belanja modal pemerintah atau BUMN yang lebih besar," ujarnya di Jakarta, Sabtu (27/7/2013).
     
Bambang mengatakan, untuk menjaga agar sektor investasi tetap kompetitif, maka pemerintah berupaya melakukan relaksasi atau pelonggaran aturan atas insentif perpajakan, sebagai upaya menarik minat investor.
     
Upaya revisi peraturan tersebut dilakukan pada insentif pembebasan pajak (tax holiday) dalam hal minimal investasi dari saat ini sebesar Rp1 triliun dan batas pemberian insentif tersebut, yang akan diberikan lebih lama untuk sektor tertentu.
     
"Perubahannya bukan secara keseluruhan, tapi sektor tertentu. Kita lihat apakah Rp 750 miliar atau Rp 500 miliar, tapi tidak di bawah Rp 500 miliar. Sektor lain ada yang tetap Rp1 triliun tapi waktunya diperpanjang, sekarang 10 tahun, paling jauh 15 tahun," ujarnya.
     
Selain itu, pemerintah berupaya mempermudah prosedur keringanan pajak (tax allowance) dengan menekankan adanya kepastian untuk membayar pajak bagi investor (tax clearance) bukan audit pajak (tax audit).
     
Namun, Bambang mengakui efektivitas pemberian insentif ini baru akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan, sehingga untuk 2014, pemerintah masih berharap pada kinerja penanaman modal asing (FDI) dalam menjaga sektor investasi.
     
"Misalnya insentif berlaku 2014, pabriknya itu kan baru mau bikin. Dampak insentif mungkin baru terasa tiga-empat tahun ke depan, jadi agak sulit dibayangkan berefek pada 2014," ujarnya.
     
Saat ini, pemerintah berupaya menahan angka pertumbuhan diatas enam persen, dengan menjaga konsumsi rumah tangga dan investasi, sebagai antisipasi terhadap pelemahan ekspor yang masih terjadi akibat krisis di negara maju.
     
Dalam APBN-Perubahan 2013, asumsi pertumbuhan ekonomi ditetapkan sebesar 6,3 persen. Sedangkan, pemerintah menetapkan kisaran asumsi pertumbuhan sebesar 6,4 persen-6,9 persen dalam APBN 2014.
     
Sementara, Bank Dunia telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 dari sebelumnya sebesar 6,2 persen menjadi 5,9 persen akibat masih ada pelemahan konsumsi domestik dan penurunan ekspor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Whats New
Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Whats New
Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Whats New
Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Whats New
Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Whats New
Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Whats New
Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Whats New
Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

Whats New
Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Whats New
Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Whats New
Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Whats New
Kinerja 2023 'Kinclong', Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Kinerja 2023 "Kinclong", Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com