Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KEN: Bila Fiskal Bisa Imbangi Moneter, "Krisis Kecil" Ini Lewat

Kompas.com - 29/08/2013, 20:01 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) yang diumumkan Kamis (29/8/2013), harus dimbangi kebijakan fiskal untuk membawa Indonesia melewati "krisis kecil" yang sekarang terjadi. Pasar dinilai merespons positif pada kenaikan BI rate.

"(Kenaikan BI rate) baik, tapi harus paralel dengan kebijakan fiskal Pemerintah. Kalau keduanya seiring sejalan, proses 'krisis kecil' ini akan segera kita tanggulangi dengan baik," kata Ketua Komisi Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung, di istana, Kamis petang. Dia mengatakan kenaikan BI rate sudah menjadi ekspektasi pasar sejak dua pekan lalu, saat Bank Indonesia rutin menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan.

BI rate kembali naik untuk ketiga kalinya pada tahun ini, naik dari 6,5 persen menjadi 7 persen, diputuskan dalam RDG Tambahan Bank Indonesia. Menurut Chairul respons positif pasar terlihat dari menguatnya indeks harga saham gabungan (IHSG) dari Bursa Efek Indonesia, setelah sebelumnya anjlok secara marathon. Nilai tukar rupiah pun, imbuh dia, langsung memperlihatkan penguatan meskipun belum terlalu signifikan.

Chairul mengatakan pada prinsipnya pasar akan selalu menunggu pertanda dari pemerintah dan otoritas moneter. "Begitu terjadi pelemahan rupiah dan tak ada action dari otoritas moneter, takut," ujar dia. Apalagi, imbuh Chairul, sebelumnya imbal hasil surat utang negara (SUN) bertenor 10 tahun sudah mencapai 8,7 persen, dianggap punya disparitas terlalu jauh dengan BI rate di level 6,5 persen.

 
"Saya gembira Bank Indonesia menaikkan BI rate. Ini signal positif kepada pasar," ujar Chairul. Menurut dia kenaikan BI rate ini memperlihatkan ada proses berjalan berupa pengetatan sistem keuangan moneter. Harapannya, sebut dia, tentu saja "dosis" tindakan ini pas.

Menurut Chairul kenaikan BI rate ini tak akan merugikan iklim investasi di Indonesia. Dia berpendapat margin usaha di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan di tempat lain. "Kalau BI rate naik 0,5 persen atau bahkan 1 persen, tidak akan mengganggu iklim investasi. Yang terganggu sedikit (hanya) keuntungan dunia usahanya, tapi target tidak terpengaruh, tidak masalah," papar dia.

Langkah imbang fiskal

Namun kenaikan 50 basis poin BI rate ini mencukupi atau tidak untuk menyikapi fluktuasi nilai tukar rupiah dan mendongkrak indeks bursa, Chairul tidak dapat memastikan. Perlu dinaikkan lagi atau tidak, ujar dia, harus melihat perkembangan setelah kenaikan kali ini. "Ini kan dosis seperti ngasih obat," kata Chairul beribarat.

Selain tergantung dosis, Chairul menegaskan pemerintah juga harus menangani beberapa hal lain di sektor riil dan fiskal, meskipun tetap akan disambut gembira bila langkah moneter yang ditempuh Bank Indonesia sudah memadai. "Tinggal sekarang bagaimana di lapangan," kata dia.

Di antara langkah yang mendesak dilakukan pemerintah untuk mengimbangi upaya moneter tersebut, ujar Chairul, adalah penurunan harga-harga komoditas pangan. "Supaya inflasi jangan sampai 9,2 persen (di akhir tahun)," kata dia. Untuk itu, dia menyarankan Presiden menekankan lagi penugasan untuk Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan mengatasi masalah ini.

 
Selain itu, lanjut Chairul, KEN menyarankan pemerintah melakukan penghapusan kuota maupun perbaikan sistem tarif. "Sudah lebih dari satu tahun KEN bicara ke pemerintah masalah ini," ujar dia. Rantai distribusi juga harus dikontrol, agar harga pangan di lapangan terkontrol pula, dan gejolak harga bisa diatasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 Tanda Lolos Kartu Prakerja, Apa Saja?

3 Tanda Lolos Kartu Prakerja, Apa Saja?

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 17 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 17 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
IHSG Bakal Lanjut Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Wall Street Berakhir di Zona Merah, Dow Sempat Sentuh Level 40.000

Wall Street Berakhir di Zona Merah, Dow Sempat Sentuh Level 40.000

Whats New
KB Bank Dukung Swasembada Pangan lewat Pembiayaan Kredit Petani Tebu

KB Bank Dukung Swasembada Pangan lewat Pembiayaan Kredit Petani Tebu

BrandzView
5 Cara Transfer BRI ke BCA Lewat ATM hingga BRImo

5 Cara Transfer BRI ke BCA Lewat ATM hingga BRImo

Spend Smart
Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Whats New
Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Kemenkop-UKM Terus Lakukan  Sosialisasi dan Dorong Literasi

Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Kemenkop-UKM Terus Lakukan Sosialisasi dan Dorong Literasi

Whats New
Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Whats New
Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Whats New
Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Whats New
Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Whats New
Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Work Smart
Alfamart soal Tukang Parkir Liar: Cuekin Aja

Alfamart soal Tukang Parkir Liar: Cuekin Aja

Whats New
Laju Kredit BTN hingga April 2024 Bergerak Menuju Target

Laju Kredit BTN hingga April 2024 Bergerak Menuju Target

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com