Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenaikan BI Rate Tidak Untungkan Sektor Riil

Kompas.com - 07/09/2013, 14:40 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) sebesar 125 bps dalam dua bulan terakhir ini dinilai tidak menguntungkan sektor riil. Apa alasannya?

Ekonom Institute for Development Economy and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menilai dengan kenaikan BI rate tersebut membuat sektor riil tidak bergerak. Kebijakan bank sentral tersebut hanya menguntungkan pemodal besar atau kalangan menengah saja.

"Bagaimana kita mau menggalakkan ekspor, kalau kebijakan bank sentral malah menaikkan suku bunga. Ini akan menekan sektor riil," kata Enny di Jakarta, Sabtu (7/9/2013).

Ia menambahkan, pemerintah seharusnya harus memberikan kebijakan yang pro sektor riil. Sebab di kalangan menengah ke bawah saat ini sedang menghadapi pengangguran dan kemiskinan akibat ketidakadaan lapangan pekerjaan.

Di sisi lain, dengan kenaikan BI rate ini juga berdampak ke kenaikan suku bunga pinjaman perbankan. Sementara upah buruh saat ini juga tidak beranjak mengalami kenaikan. Dari sisi industri, hampir semua komoditas ini menanggung pajak pertambahan nilai (PPn) dari pemerintah. Padahal kebijakan ini dinilai tidak meningkatkan dari sisi penerimaan negara, justru akan menekan dari sisi ekspor komoditas.

"Ini akan menambah kebijakan yang salah yaitu mengakibatkan defisit neraca perdagangan yang luar biasa. Seharusnya kebijakan fiskal dan moneter itu juga jangan manjakan dari sisi pemilik modal dan kalangan menengah atas saja," tambahnya.

Secara terpisah, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menanggapi bahwa untuk melihat kebijakan BI rate tidak bisa dilepaskan dalam konteks terpisah. Saat ini, dengan kondisi ekonomi global yang melambat maka juga menyebabkan perekonomian dalam negeri yang melambat.

"Seluruh dunia melambat, ya wajar kalau kita memang harus melambatkan pertumbuhan ekonomi kita. Itu masalah neraca pembayaran saja, bukan karena kita tidak pro sektor riil, ya wajarnya memang kita harus melambatkan pertumbuhan ekonominya, kondisi globalnya seperti itu," kata Perry.

Karena kondisi global belum pasti dan terlebih lagi di domestik, maka asing pun perlahan-lahan menjual semua asetnya di domestik dan membawanya ke luar negeri. Untuk menjaga agar asing tidak kabur atau justru ingin agar asing kembali lagi, maka bank sentral pun menaikkan suku bunga acuan dengan harapan Indonesia masih memiliki portofolio investasi yang lebih menarik.

Di sisi lain, untuk menjaga sektor riil tetap tumbuh maka pemerintah mengeluarkan beberapa paket kebijakan misalnya dengan menurunkan inflasi, menaikkan daya beli masyarakat hingga masalah insentif pajak untuk industri padat karya. "Semua instrumen itu terus dikoordinasikan agar perlambatan ekonomi tidak terlalu memberatkan masyarakat. Jadi responnya jangan hanya dilihat dari suku bunga saja," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satgas Judi Online Belum Mulai Bekerja, Pemerintah Masih Susun Formula

Satgas Judi Online Belum Mulai Bekerja, Pemerintah Masih Susun Formula

Whats New
Penyaluran Kredit Ultra Mikro Capai Rp 617,9 Triliun di Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Ultra Mikro Capai Rp 617,9 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Whats New
[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

Whats New
Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com