Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendag Berharap Harga Referensi Importasi Hortikultura Segera Rampung

Kompas.com - 12/09/2013, 13:58 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, pihaknya berharap harga referensi untuk importasi sejumlah hortikultura akan rampung sebelum akhir September 2013.

Harga referensi tersebut rencananya akan diberlakukan untuk sejumlah komoditas pangan impor, seperti cabai merah dan bawang putih. Besarnya antara 10 hingga 40 persen. Artinya, jika terjadi kenaikan harga di atas 10 persen - 40 persen dari harga pasar, pemerintah akan membuka keran impor untuk komoditas tersebut.

Gita mengatakan, pembahasan soal harga referensi belum rampung dibahas dengan pihak terkait. Namun, ia tak menjelaskan mengapa harga referensi untuk komoditas yang rawan bergejolak itu belum kelar dibahas. "Dibahas dengan siapa? Dibahas dengan Kementan. Silakan ditanyakan ke Kementan," kata Gita, usai Rakernas Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah 2013, di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (12/9/2013).

Pada bagian lain, Gita juga menambahkan soal kedelai yang tengah menjadi sorotan. Beberapa pekan terakhir, harga kedelai melambung hingga menyentuh Rp 10.000 per kilogram di tingkat perajin, di berbagai daerah. "Dan ini kalau kedelai, kalau produksinya sesuai dengan target, kita enggak perlu impor," katanya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian, Suswono mengatakan, memang tugas pihaknya untuk meningkatkan produktivitas kedelai. "Tapi saat ini kan petani kita diberi kebebasan memilih komoditas. Kita enggak bisa memaksa petani menanam kedelai," ujarnya ditemui usai membuka Forum Gelar Potensi dan Peluang Investasi Pertanian II 2013, di Jakarta, Rabu (28/8/2013).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi kedelai nasional tahun 2012 sebesar 843.150 ton, atau turun 0,96 persen dari tahun 2011. Sementara itu, produksinya tahun ini diperkirakan naik tipis, 0,47 persen, menjadi 847.160 ton. Angka tersebut jauh dari kebutuhan nasional yang mencapai rata-rata 2,5 juta ton dalam setahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bukan Hanya Bitcoin, Aset Kripto 'Alternatif' Juga Kian Menguat

Bukan Hanya Bitcoin, Aset Kripto "Alternatif" Juga Kian Menguat

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Kemenhub Sebut Kenaikan TBA Tiket Pesawat Tunggu Momen yang Tepat

Kemenhub Sebut Kenaikan TBA Tiket Pesawat Tunggu Momen yang Tepat

Whats New
Tiga Negara di Dunia dengan Jumlah Penduduk Terbesar, India Juaranya

Tiga Negara di Dunia dengan Jumlah Penduduk Terbesar, India Juaranya

Whats New
Proses Studi Kelayakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Bakal Dilanjutkan Pemerintahan Prabowo-Gibran

Proses Studi Kelayakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Bakal Dilanjutkan Pemerintahan Prabowo-Gibran

Whats New
Cek Harga Bahan Pokok, KPPU Sidak Pasar di 7 Kota

Cek Harga Bahan Pokok, KPPU Sidak Pasar di 7 Kota

Whats New
Kebijakan Impor Terbaru Dinilai Bisa Normalkan Pasar

Kebijakan Impor Terbaru Dinilai Bisa Normalkan Pasar

Whats New
Jadi Tuan Rumah ITS Asia Pacific Forum, Indonesia Bakal Pamerkan Transportasi di IKN

Jadi Tuan Rumah ITS Asia Pacific Forum, Indonesia Bakal Pamerkan Transportasi di IKN

Whats New
Apindo Nilai Kolaborasi TikTok Shop-Tokopedia Bisa Pacu Transformasi Digital di RI

Apindo Nilai Kolaborasi TikTok Shop-Tokopedia Bisa Pacu Transformasi Digital di RI

Whats New
Lowongan Kerja KAI Services untuk Lulusan S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja KAI Services untuk Lulusan S1, Ini Persyaratannya

Work Smart
Presdir Baru Sampoerna Ivan Cahyadi: Keberagaman di Sampoerna Itu Mutlak, karenanya Perusahaan Bisa Bertahan 111 Tahun

Presdir Baru Sampoerna Ivan Cahyadi: Keberagaman di Sampoerna Itu Mutlak, karenanya Perusahaan Bisa Bertahan 111 Tahun

Whats New
Apa Itu Negara Dunia Ketiga dan Kenapa Berkonotasi Negatif?

Apa Itu Negara Dunia Ketiga dan Kenapa Berkonotasi Negatif?

Whats New
Obligasi Alternatif Pembiayaan Pembangunan Berkelanjutan

Obligasi Alternatif Pembiayaan Pembangunan Berkelanjutan

Whats New
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Rabu 22 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Rabu 22 Mei 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 22 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 22 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com