Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan The Fed Tunda Pengurangan Stimulus

Kompas.com - 19/09/2013, 04:10 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber AP
WASHINGTON, KOMPAS.com — Bank Sentral Amerika (The Fed) memutuskan menunda pengurangan stimulus atau tapering, Rabu (18/9/2013). Diambil melalui rapat maraton selama dua hari, mereka berpendapat bahwa stimulus senilai 85 miliar dollar AS per bulan berupa pembelian obligasi negara itu masih dibutuhkan perekonomian Amerika.

Dalam pernyataan yang dirilis The Fed, ekonomi Amerika saat ini diakui tumbuh moderat, dengan peningkatan di pasar tenaga kerja sebagai salah satu indikatornya. Namun, The Fed juga mencatat terjadi lonjakan suku bunga pada kredit pemilikan rumah dan pemotongan anggaran belanja pemerintah yang menahan laju pertumbuhan ekonomi.

Menurut The Fed, dipertahankannya kucuran stimulus alias quantitative easing ini bertujuan mempertahankan suku bunga rendah pinjaman jangka panjang untuk memacu laju kredit dan belanja pemerintah.

Otoritas moneter ini pun menegaskan mereka akan tetap mempertahankan kebijakan suku bunga jangka pendek mendekati nol persen, setidaknya sampai angka pengangguran turun menjadi 6,5 persen dari posisi 7,3 persen per Agustus 2013. The Fed memperkirakan angka pengangguran yang ditargetkan itu bisa terwujud pada akhir 2014.

Suku bunga perbankan memang melonjak begitu Gubernur The Fed, Ben Bernanke, pada Mei 2013 mengumumkan bahwa tapering kemungkinan bakal dilakukan pada tahun ini. Situasi tersebut tetap terjadi meskipun Bernanke menegaskan sejak awal, dilakukan atau tidaknya rencana itu akan tergantung pada terjadi atau tidaknya perbaikan lanjutan di perekonomian Amerika.

Dalam pernyataannya, Rabu, The Fed pun mengatakan bahwa kenaikan suku bunga perbankan akan memperlambat laju perbaikan ekonomi dan pasar tenaga kerja, jika dibiarkan terus terjadi. Bersamaan dengan penundaan tapering, The Fed juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Amerika untuk tahun ini dan tahun depan, sebagai indikator keprihatinan mereka atas terjadinya kenaikan suku bunga perbankan.

Keputusan penundaan tapering diambil dalam Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dengan dukungan 9 suara mendukung berbanding 1 suara yang menolak. Penolakan datang dari Esther George, Presiden Bank Sentral Kansas. Dia menyatakan perbedaan pendapat di dalam komite, untuk kali keenam pada tahun ini. George pun kembali mengulang keprihatinannya bahwa kucuran stimulus ini menyulut risiko inflasi dan ketidakstabilan pasar keuangan.

Penundaan tapering merujuk pada laporan pertumbuhan ekonomi yang memperlihatkan laju lamban. Data terakhir memperlihatkan para pengusaha tak lagi banyak merekrut tenaga kerja, sementara konsumen lebih berhati-hati dalam berbelanja. Ditambah, sejak Mei 2013, bunga KPR untuk tenggat 30 tahun telah meningkat lebih dari 1 persen.

Angka pengangguran Amerika per Agustus 2013 mencapai 7,3 persen, capaian terendah sejak krisis keuangan meledak pada 2008. Namun, penurunan itu terjadi lebih karena banyak orang telah berhenti mencari kerja dan tak lagi disebut pengangguran, bukan karena benar-benar ada perekrutan baru tenaga kerja. Adapun inflasi per Agustus 2013 sudah berada di bawah target 2 persen yang dipatok The Fed.

Pengambilan keputusan soal dilakukan atau tidaknya tapering saat ini diambil di tengah ketidakpastian tentang siapa yang akan menggantikan Bernanke sebagai Gubernur The Fed. Bernanke akan mengakhiri masa jabatannya pada Januari 2014.

Pada Minggu (15/9/2013), Lawrence Summers, yang selama ini dianggap sebagai kandidat terkuat calon pengganti Bernanke, telah menyatakan mundur dari "bursa" pertimbangan. Pernyataan itu mengundang resistensi dari para kritikus, sekaligus membuka jalan bagi saingan utama Summers, Janet Yellen, yang sekarang menjadi Deputi Gubernur The Fed. Bila Yellen benar-benar dipilih Presiden Amerika Barack Obama untuk menggantikan Bernanke dan disetujui Senat, maka Yellen akan menjadi perempuan pertama yang menjadi Gubernur The Fed.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com