Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi ASEAN Dongkrak Ekspor Indonesia

Kompas.com - 22/10/2013, 13:26 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN akan meningkatkan ekspor Indonesia ke negara sesama ASEAN. Otomatis hal ini akan mengerek pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, selama ini ekspor Indonesia ditopang oleh tiga negara besar yaitu China, Jepang dan Amerika Serikat. Untuk ke negara berkembang juga sudah mulai meningkat tapi nilainya belum terlalu besar.

"Ya kalau negara partner dagang kita naik, baik Jepang maupun China, itu ekspor kita ke negara-negara itu juga akan mengalami peningkatan. Kalau ekspor kita mengalami peningkatan berarti bagus untuk trande balance kita," kata Chatib saat ditemui di gedung DPR, Jakarta, Senin (21/10/2013) malam.

Chatib mengaku bahwa Indonesia saat ini mengontribusikan sekitar 50 persen ke pertumbuhan negara-negara kawasan ASEAN. Bila ekonomi negara sekawasan ASEAN tumbuh, maka ekonomi Indonesia juga akan naik.

Selama ini, fokus pemerintah adalah menekan defisit transaksi berjalan. Sebab ekspor Indonesia selalu kalah dibandingkan nilai impor karena impor Indonesia selalu membengkak akibat impor bahan bakar minyak (BBM). Meski saat ini sudah mengalami surplus tipis.

"Angka neraca perdagangan akan keluar 1 November. Kita lihat tanggal 1 nanti bagaimana dampaknya. Saya belum tahu karena itu dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS)," tambahnya.

Namun Chatib tetap optimistis bila kondisi global yang membaik akan memberikan efek bahwa kondisi ekspor Indonesia akan meningkat pula. "Mudah-mudahan kita masih bisa surplus atau paling buruk defisitnya mengecil. Sehingga tidak akan berpengaruh terhadap ekspektasi pasar," katanya.

Sekadar catatan, statistik terkini yang dipublikasikan Sekretariat Jenderal ASEAN Senin (21/10/2013) mengungkapkan bahwa Produk Domestik Bruto (GDP) perhimpunan sepuluh negara Asia Tenggara itu pada 2012 naik 5,7 persen menjadi sebesar 2,31 triliun dollar AS.

"Terus bertumbuhnya ekonomi di kawasan ini tercermin dari membaiknya GDP per kapita dari 3.591 dollar AS pada 2011 menjadi 3.751 dollar AS pada 2012," demikian ungkap Sekretariat ASEAN.

Data terkini juga menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata lima anggota utama ASEAN - yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand - atau ASEAN5 telah meningkat 5,1 persen selama semester pertama tahun ini. Pertumbuhan itu sebagian besar didorong oleh pesatnya pembangunan ekonomi di Filipina dan Thailand.

Di sisi lain, produk domestik bruto (PDB) ASEAN pada 2012 naik 5,7 persen, atau lebih besar 1 persen dari data 2011. Tingkat pertumbuhan ekonomi ASEAN5 melebihi para anggota lainnya (yang tergabung dalam kelompok BCLMV), masing-masing sebesar 5,8 persen dan 5,3 persen.

Dalam tingkat kurs internasional, berdasarkan paritas daya beli (PPP), PDB ASEAN pada 2012 mencapai PPP 3,62 triliun dollar AS, sedangkan PDB per kapita ASEAN sebesar PPP 5.869 dollar AS. ASEAN menilai bahwa sektor jasa di Asia Tenggara telah menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan itu, saat sektor pertanian telah menurun dalam tujuh tahun terakhir.

Pada 2012, sektor jasa berkontribusi bagi mayoritas GDP sepuluh negara ASEAN, rata-rata mulai dari 35 persen hingga lebih dari 60 persen dari GDP. Ekonomi ASEAN5 kini secara bertahap bergerak ke sektor tertier, sementara kelompok BCLMV tengah membangun sektor sekunder dan tertier di negeri masing-masing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com