"Karena daya beli buruh meningkat, yang tadinya enggak sarapan, beli lontong sayur. Yang tadinya enggak ngojek, jadi ngojek. Sektor-sektor informal malah tumbuh," kata Rusdi dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (2/11/2013).
"Artinya kita enggak hanya memikirkan buruh pekerja. Kita enggak mau dikambinghitamkan menjadi penyebab investasi turun," sambungnya.
Rusdi menambahkan, berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi yang masuk pada kuartal ketiga 2013 tercatat mencapai angka tertinggi pada jumlah Rp 100,5 triliun. Ini menunjukkan Indonesia masih diminati sebagai negara pilihan berinvestasi.
Namun, argumen Rusdi itu dibantah oleh Anton Supit. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) itu mengatakan, meski investasi pada kuartal ketiga 2013 di BKPM tercatat sebagai yang tertinggi, aliran investasinya perlu diperhatikan.
"Saya bantah Rusdi. Memang di kuartal ketiga investasi tinggi. Tapi di manufaktur, dari 2012 yang punya 15 juta tenaga kerja, sejak Februari 2013 lalu turun menjadi 14 juta tenaga kerja," tekan Anton.
Anggota Komisi IX DPR RI, Indra, menambahkan, berdasarkan riset World Bank, yang menjadi penghambat tumbuhnya investasi adalah adanya pungutan liar, bukan biaya tenaga kerja. Oleh karena itu, menurutnya, negara bertanggung jawab dalam memusnahkan adanya pungutan liar sehingga tak mengganggu minat investor untuk berusaha di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.