Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringkat Obligasi Qantas Masuk Kategori "Sampah"

Kompas.com - 06/12/2013, 14:17 WIB

SYDNEY, KOMPAS.com
- Kinerja keuangan yang memburuk dan rencana pemangkasan karyawan oleh maskapai Australia, Qantas, membuat Standard & Poor's menurunkan peringkat surat utang perusahaan tersebut dan masuk kategori "sampah" (junk).

Keputusan itu dikeluarkan oleh Standard & Poor's (S&P) menyusul semakin anjloknya kinerja keuangan perseroan, di mana selama 6 bulan pertama tahun buku 2013-2014 membukukan kerugian hingga 300 juta dollar Australia (271 juta dollar AS). Seiring dengan itu, Qantas juga akan mengurangi jumlah karyawan sebanyak 1.000 orang.

Untuk itu, S&P mengganjar surat utang Qantas dari BBB- menjadi BB+ atau level terendah dari obligasi yang bisa dikategorikan investment grade. Di kalangan investor, surat utang yang mendapatkan peringkat tersebut lazim disebut junk bond atau surat utang sampah, karena memiliki risiko investasi yang tinggi.

Akibatnya, Qantas harus menanggung beban dana yang besar, seiring dengan jatuhnya peringkat tersebut.

"Downgrades merefleksikan pandangan kami terhadap iklim kompetisi di industri penerbangan Australia, yang menyebabkan kinerja Qantas melemah, dan membuat bisnis yang dijalankan termasuk berisiko serta profil risiko naik menjadi signifikan, dari sebelumnya risiko sedang," jelas S&P dalam penjelasan resminya, Jumat (6/12/2013).

Lembaga pemeringkat itu juga memperkirakan bisnis Qantas tidak akan membaik dalam waktu dekat ini.

Maskapai penerbangan milik Australia, Qantas, sebelumnya mengumumkan rencana memangkas 1.000 karyawannya. Maskapai itu menyatakan ada tantangan besar yang harus dihadapi, menyusul kerugian yang dicatatkan dalam 6 bulan pertama tahun buku 2013-2014 sebesar 300 juta dollar Asutralia atau sekitar 271 juta dollar AS (Rp 3,25 triliun).

CEO Qantas, Alan Joyce sebelumnya menjelaskan, pasar penerbangan memburuk dan perseroan terus berjuang dalam kondisi yang cukup berat, yang disebabkan oleh naiknya bahan bakar minyak serta ketatnya persaingan dengan kompetitor.

"Tantangan yang harus dihadapi saat ini cukup besar," ujar Joyce dalam keterbukaan informasi di the Australian stock exchange, sebagaimana dikutip AFP, Kamis (5/12/2013).

"Sejak terjadinya krisis finansial global, Qantas telah berhadapan dengan lingkungan usaha yang tidak menguntungkan, termasuk menguatnya dollar Australian serta melonjaknya biaya avtur. Pasar penerbangan Australia adalah yang paling berat di seluruh dunia," lanjut Joyce.

Namun demikian, Qantas optimistis bisa memperbaiki kinerja bisnisnya, seiring dengan dijalinnya kerjasama dengan maskapai Emirates. Kerjasama tersebut terbukti mampu menutup kerugian yang timbul selama tahun buku 2012.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Transformasi Digital, BRI BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Whats New
Harga Tiket Kereta Api 'Go Show' Naik Mulai 1 Mei

Harga Tiket Kereta Api "Go Show" Naik Mulai 1 Mei

Whats New
SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Whats New
Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com