Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaatkan Gas, PLN Bisa Hemat Rp 112 Triliun

Kompas.com - 11/03/2014, 09:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekitar 40 persen gas produksi Unit 3 dari lapangan gas Tangguh di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, untuk pasar domestik, termasuk pembangkit listrik PT Perusahaan Listrik Negara. Penggunaan gas pada pembangkit listrik akan menghemat Rp 112 triliun.

Presiden BP Wilayah Asia Pasifik William W Lin mengatakan, pihaknya secara sukarela menyediakan 40 persen dari produksi gas Unit (train) 3 lapangan Tangguh untuk pasar domestik. ”Karena sangat tidak pantas, Indonesia yang membutuhkan gas untuk pasar domestik harus mengimpornya, sementara kami mengekspor gas yang dihasilkan di negeri ini,” ujar William saat bersama anggota staf BP berkunjung ke Redaksi Kompas di Jakarta, Senin (10/3).

Unit 3 Tangguh ini akan menghasilkan 3,8 juta ton gas per tahun. Target pembangunannya tahun 2015 dan produksi komersial tahun 2019. BP menanamkan dana 12 miliar dollar AS atau Rp 137 triliun. ”Sekitar 1,5 juta ton dari produksi Unit 3 ini disediakan untuk kebutuhan domestik,” kata Darmawan H Samsu, Kepala BP Indonesia.

Menurut William, dengan memasok 40 persen gas dari Unit 3 bagi keperluan pembangkit PLN, akan ada penghematan sekitar 10 miliar dollar AS atau Rp 112 triliun per tahun. Penggunaan gas ini menggantikan solar yang digunakan pembangkit PLN selama ini.

BP yang berasal dari Inggris ini sudah menghasilkan gas di Tangguh sejak tahun 2009. Unit 1 dan 2 sejauh ini memproduksi 7,6 juta ton per tahun, setara dengan 118 kargo (pengiriman) per tahun. Semuanya untuk ekspor. ”Kami memberikan pemasukan berupa pajak sekitar 9 miliar dollar AS per tahun,” ujar William.

Lapangan gas Tangguh adalah satu-satunya fasilitas gas alam cair (LNG) yang terintegrasi dan sepenuhnya dioperasikan BP. BP juga mengoperasikan tiga kontrak kerja sama lain, termasuk melakukan pengujian coal bed methane di Sanga-Sanga, Kalimantan Timur. BP juga menghasilkan pelumas Castrol dan bahan baku plastik dari pabriknya di Merak, Banten.
Kendala investasi

Bagi BP, ujar William, Indonesia memiliki potensi gas yang memadai. Indonesia juga memerlukan investasi, terutama dalam eksploitasi gas yang ada. ”Produksi minyak mungkin sudah menurun, tetapi gas masih menjanjikan,” katanya.

Hanya, lanjut William, masih ada kendala investasi di Indonesia yang perlu direformasi. Keputusan yang lambat, regulasi yang tidak jelas, dan peraturan menteri yang saling berbeda, bahkan bertentangan, membuat keputusan yang muncul sangat lama. ”Padahal, nilai investasi di gas ini sangat besar,” ujarnya.

Bagi BP, kata dia, sebenarnya insentif dari pemerintah juga perlu. Namun, mengurangi disinsentif, seperti berbagai hambatan dalam peraturan dan kepastian hukum, juga penting. ”Ini baik sekali,” katanya.

Sejauh ini, menurut William, hubungannya dengan Pemerintah Provinsi Papua Barat dan Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni baik. (PPG)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com