Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Asap Ikan Topang Perekonomian Keluarga

Kompas.com - 17/03/2014, 21:15 WIB
Estu Suryowati

Penulis


DEMAK, KOMPAS.com - Jari jemari Kamidah terus menusuk-tusukkan sebilah bambu pipih pada gumpalan daging setebal kepalan tangan. Setiap hari tak kurang dari satu kwintal manyung diolahnya menjadi ikan asap.

Begitu juga siang itu, Minggu (16/3/2014), wanita paruh baya itu pun membersihkan macam-macam ikan segar hasil tangkapan para nelayan yang dijual di tempat pelelangan ikan (TPI) Juwana, Pati, Jawa Tengah. Hari itu ia dibantu Intan dan Novi, dua anak gadis juragannya yang bernama Sri Sundari.

Selain manyung, ada pula ikan pari, bagong, juga tongkol. Kecamatan Wonosari, Kabupaten Demak, tempat rumah pengasapan itu berada, juga memiliki kekayaan hasil perikanan budidaya. Lele menjadi salah satu yang banyak dijumpai di Demak. Kamidah mengatakan, tak sedikit pula pesanan lele asap. "Tapi banyak yang mencari ikan manyung," ucap Kamidah.

Setiap hari, empat truk mampir di rumah pengasapan yang terdiri sekitar delapan hingga 10 rumah tangga pengasap itu. Kalau cuaca di laut bagus, pasokan ikan segar tidak ada kendala. Kamidah mengatakan, setidaknya setiap satu rumah tangga pengasap bisa mendapat 1 kwintal manyung, 30 kg ikan pari, 30 kg tongkol, dan 30 kg bagong.

"Kalau seperti kemarin nelayan nggak belayar, bisa dapatnya cuma 40 kilo," kata Kamidah.

Meskipun begitu, dia merasa beruntung karena kurangnya pasokan sangat jarang terjadi. Para nelayan besar di Juwana telah memiliki tempat pendingin yang cukup baik. Jadi, stok manyung dan ikan tangkap lain relatif aman. Manyung-manyung yang telah bersih dari bau amis laut, dan ditusuk dengan bilah bambu, lantas diserahkannya pada Intan.

Sementara Novi yang juga berprofesi sebagai guru Raudlatul Awal (RA) itu, tiap pulang mengajar dan akhir pekan turut membantu mengasapi ikan-ikan. Bau asap pekat menyengat ketika wanita berusia 23 tahun itu membalik si pipih, ikan bagong. Asap terus mengepul, membuat mata berair.

"Ini bahan bakarnya pakai bonggol jagung mbak. Kalau pakai batok kelapa, tambah pedes lagi," ucapnya.

Sambil merapat-rapatkan barisan ikan, ia menuturkan, ikan bagong dijualnya dengan harga Rp 3.500 per ekor. Sementara ikan tongkol ukuran sedang dijual dengan harga Rp 4.000 per ekor. Tongkol yang lebih besar harganya bisa sampai Rp 7.000 per ekor.

"Yang mantap manyung ini mbak, kepala mayung ini Rp 25.000 per kepala," sambungnya.

Sejak empat tahun lalu usaha rumahan ini mengolah berbagai ikan laut untuk dipasarkan ke Semarang, Kudus, Jepara, Demak, bahkan Salatiga.

"Kalau dulu di rumah sering enggak kebagian (ikan). (Truk) Sampai di sini (rumah pengasapan) jam satu, sampai rumah saya jam empat sore, habis sudah," kenang Sri Sundari.

Dengan adanya rumah pengasapan, Sri dan puluhan pengasap ikan lebih mudah memutar roda ekonomi mereka. Demi dapur tetap mengepul, para pengasap setia dengan tungku asap mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com