Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Obat Herbal Tak Pernah Terpublikasi

Kompas.com - 23/03/2014, 19:28 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Penyebab bisnis obat herbal Indonesia tidak berkembang salah satu faktonya ialah karena riset ilmiah yang masih diperdebatkan.

Praktisi obat herbal Indonesia sekaligus pendiri Yayasan Restura Indonesia, Moch Sudjana, mengatakan, riset mengenai obat herbal selama ini sudah ada, tetapi tidak pernah dipublikasikan.

"Riset saya membuktikan jika obat herbal berkhasiat pada penderita diabetes, itu ada buktinya dari laboratorium medis. Mengapa katanya tidak ada bukti? Karena tidak ada lembaga yang memunculkan bukti tersebut," ujar Sudjana di Bekasi, Minggu (23/3/2014).

Oleh karena itu, pihaknya akan berupaya bekerja sama dengan seluruh elemen untuk mengangkat bisnis obat herbal tersebut. "Ini yang saya upayakan dengan merekrut dari akademisi dan dari kadin ataupun dari praktisi-praktisi lainnya supaya ini bisa diangkat, baik di Indonesia maupun di dunia," katanya.

Sebelumnya, Sudjana mengatakan, stagnannya bisnis obat herbal Indonesia karena adanya kepentingan bisnis yang ingin memojokkan bisnis obat herbal, yaitu para investor obat kimia yang menguasai bisnis obat di Indonesia. Padahal, potensi pasar domestik Indonesia mencapai Rp 25 triliun per tahun.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai impor obat tradisional dan herbal sepanjang tahun 2011 mencapai 40,5 juta dollar AS. Indonesia mengimpor 60 persen dari obat-obatan herbal dari negara lain, yaitu China dan India.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com