Dengan perolehan tersebut, PDI Perjuangan harus menggandeng partai lain untuk berkoalisi, jika ingin mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden.
Pada Kamis ini (10/4/2014), sejumlah indikator yang menunjukkan tidak puasnya pasar atas pencapaian PDI Perjuangan antara lain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terperosok 3,3 persen di level 4.757.
Selain itu, yield obligasi pemerintah yang bertenor 10 tahun naik menjadi 7,8 persen, serta nilai tukar rupiah yang turun sekitar 0,4 persen menjadi Rp 11.338 per dollar AS.
Analis Bank Danamon, Anton Hendranata mengungkapkan, dengan perolehan suara tersebut, hasil pemilu presiden yang akan datang semakin sulit diprediksi pelaku pasar. "Siapa yang menjadi koalisi PDIP dan calon wakil presiden yang dipasangkan dengan Joko Widodo akan menjadi kunci," tulisnya.
Dia menyebutkan, jika nantinya Joko Widodo menjadi presiden, dukungan dukungan legislatif dari PDIP terhadap pemerintahan yang akan datang juga akan lemah.
Kendati demikian, Anton menilai pelaksanaan pemilu legislatif yang tenang dan tanpa gejolak akan memberi sentimen positif terhadap perekonomian Indonesia. Untuk itu, dia memprediksi nilai tukar rupiah bisa menguat hingga ke level Rp 11.058 per dollar AS.
"Kami melihat nilai tukar rupiah masih berfluktuasi dengan pelemahan diperkirakan bisa mencapai Rp 12.000-Rp 12.500 per dollar AS karena permintaan dollar akan tinggi pada Mei-Juni," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.