Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menimbang Rencana Akuisisi BBTN

Kompas.com - 17/04/2014, 07:26 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com - Pemerintah dikabarkan akan melepas saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Pemerintah yang saat ini memegang 60,14 persen saham BBTN akan menjual kepemilikannya ke bank pelat merah.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) disebut-sebut sebagai calon kuat pembeli BBTN. Kabar ini membuat harga BBTN melesat 10,63 persen ke Rp 1.045 per saham, Rabu (15/4/2014).

Analis MNC Securities, Zabrina Raissa bilang, jika akuisisi ini benar terjadi, bisa berefek positif dan negatif. "Positifnya, kinerja BBTN akan semakin baik," kata dia.

Maklum, BMRI merupakan bank dengan aset terbesar. Harapannya, BMRI bisa mendukung modal untuk ekspansi BBTN. BMRI juga dikendalikan eksekutif yang tak diragukan kemampuannya.

Selain itu, BMRI memiliki jaringan luas dan dikenal masyarakat. Akibatnya, jaringan nasabah BBTN bisa makin luas. Sedangkan dampak negatifnya, karyawan BBTN akan berkurang dan lebih banyak diisi karyawan BMRI.

Analis Panin Sekuritas, Raymond Budiman mengatakan, sinergi ini bisa berefek positif bagi BBTN. Selama ini, posisi BBTN tidak termasuk dalam tiga bank terbesar di Indonesia. BBTN pun lebih banyak menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR).

Analis Danareksa Sekuritas, Eka Savitri dalam risetnya, 14 April 2014 menuliskan, BBTN mengincar segmen nasabah penghasilan rendah. Ini membuat risiko bisnis KPR bersubsidi relatif tinggi, khususnya pada skema interest only ballon payment.

Alhasil, kualitas aset menurun sehingga rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) gross BBTN masih cukup tinggi yakni 4,05 persen di tahun lalu.

Tahun lalu, komposisi KPR non subsidi masih mendominasi portofolio kredit BBTN  yakni sebesar 39,36 persen. Sedangkan, porsi KPR subsidi sebanyak 28,3 persen.

Raymond memperkirakan, total KPR non subsidi BBTN bisa tumbuh agresif dalam tiga tahun ke depan, rata-rata 28 persen per tahun. Sedangkan, KPR subsidi akan tumbuh rata-rata 2 persen per tahun.

KPR non subsidi memiliki profil risiko lebih kecil dibandingkan KPR subsidi. Raymond menduga, porsi KPR non subsidi BBTN akan meningkat menjadi 42 persen di tahun ini. Sedangkan, porsi KPR subsidi turun menjadi 25 persen.

Dia juga bilang, total kredit BBTN akan tumbuh 17 persen tahun ini dan NPL gross BBTN pun akan turun menjadi 3,88 persen.

Zabrina bilang, NPL bersih BBTN tahun lalu sebesar 3,04 persen. Tahun ini, ia memperkirakan, NPL bersih BBTN bisa turun menjadi 2 persen-2,5 persen.

Sementara penyaluran kredit BBTN, menurut Zabrina, akan tumbuh 14 persen di tahun ini. Namun, jika akuisisi BBTN oleh BMRI terwujud, pertumbuhan kredit BBTN bisa mencapai 17 persen di 2015.

Raymond memperkirakan, pendapatan bunga bersih BBTN akan naik 16,5 persen%menjadi Rp 6,58 triliun di 2014. Sedangkan, laba bersih BBTN akan naik 16 persen menjadi Rp 1,81 triliun.

Zabrina memprediksikan, pendapatan bunga bersih BBTN tahun ini tumbuh 5 persen dan laba bersih tumbuh 14 persen.

Zabrina merekomendasikan hold saham BBTN dengan target harga Rp 1.500. Lonjakan harga BBTN, kemarin, belum bisa membuat Eka dan Raymond mengubah rekomendasi. Kedua analis itu masih merekomendasikan buy saham BBTN dengan target harga Rp 1.400. (Wuwun Nafsiah)    

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

Whats New
Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Whats New
Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Whats New
Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Whats New
Kinerja 2023 'Kinclong', Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Kinerja 2023 "Kinclong", Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Whats New
Bela Warung Madura, Menteri Teten: Jangan Sampai Tersisih oleh Ritel Modern

Bela Warung Madura, Menteri Teten: Jangan Sampai Tersisih oleh Ritel Modern

Whats New
Info Lengkap Mata Uang Riyal ke Rupiah

Info Lengkap Mata Uang Riyal ke Rupiah

Whats New
Hindari Macet Demo Buruh 1 Mei, KAI Ubah Operasional 12 Kereta Api

Hindari Macet Demo Buruh 1 Mei, KAI Ubah Operasional 12 Kereta Api

Whats New
Mengenal Mata Uang Israel dan Nilai Tukarnya ke Rupiah

Mengenal Mata Uang Israel dan Nilai Tukarnya ke Rupiah

Whats New
Duduk Perkara soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Berawal dari Keluhan Minimarket

Duduk Perkara soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Berawal dari Keluhan Minimarket

Whats New
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Rabu 1 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Rabu 1 Mei 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 1 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 1 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
7 Bandara Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 50 Penerbangan Terdampak

7 Bandara Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 50 Penerbangan Terdampak

Whats New
Harga Bahan Pokok Rabu 1 Mei 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Rabu 1 Mei 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com