Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penggagas KPR: Jangan Demi Bank Mandiri, BTN Dikorbankan

Kompas.com - 20/04/2014, 12:05 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Mantan Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) periode 1988-1994 Asmuadji menyayangkan sikap pemerintah yang berencana mengakuisisi bank tersebut lewat Bank Mandiri. Menurutnya, tidak seharusnya BTN dikorbankan hanya demi ambisi Bank Mandiri. Ia menilai, kalau Bank Mandiri ingin menjadi lebih besar maka lakukanlah dengan cara yang wajar.

"Pemerintah berniat membesarkan satu bank dengan cara mencaplok bank yang lain. Kalau mereka (Bank Mandiri) ingin menjadi lebih besar, jangan mengutak-atik BTN. Pakainya dengan cara yang alami dan secara wajar," kata Asmuadji dalam aksi unjuk rasa bersama ribuan karyawan BTN, di Menara BTN, Jakarta, Minggu (20/4/2014) pagi.

Asmuadji menegaskan bahwa BTN adalah bank yang sangat eksis menyukseskan program-program pemerintah, terutama yang terkait penyediaan rumah bagi rakyat kecil dan menengah. Karena itu, tidak adil bila kemudian BTN dikorbankan.

"Kalau mau akuisisi, sebaiknya pemerintah mengakuisisi bank swasta, bukan dengan mengakuisis sesama bank negara," ujar pria yang merupakan penggagas program Kredit Perumahan Rakyat (KPR) itu.

Karena itu, Asmuadji meminta agar Menteri BUMN Dahlan Iskan membatalkan rencana tersebut. Menurutnya, para karyawan BTN tidak rela membiarkan akusisi tersebut.

"Dikira Dahlan Iskan kita mau tunduk? Tidak! Karena itu, akuisisi ini harus kita lawan. Karena ini akan merugikan rakyat dan merugikan kita semua," tegasnya.

Dalam aksi unjuk rasa yang dipusatkan di halaman kantor mereka tersebut, para demonstran mengenakan pakaian hitam-hitam. Mereka membawa sejumlah spanduk yang bertuliskan penolakan terhadap rencana akuisisi tersebut, diantaranya "Akuisisi = Kapitalis = Penjajah", "Save BTN", dan "Akuisisi adalah Neo-Liberalisme".

Selain itu, para demonstran juga membawa sebuah pocong yang bertuliskan "Kubur Akuisisi", yang dipasangi foto Menteri BUMN Dahlan Iskan. Mereka juga membawa gambar-gambar Dahlan yang diberi tulisan "Go To Hell".

Tak hanya Dahlan, Direktur Utama BTN Maryono juga turut menjadi sasaran kemarahan para karyawan.

Selain para karyawan, aksi tersebut dihadiri oleh sejumlah petinggi BTN, baik yang berasal dari kantor pusat maupun dari daerah, seperti dari Makassar, Semarang, Pekalongan, dan Yogyakarta. Turut hadir pula mantan Menteri BUMN era Presiden Abdurrahman Wahid, Rizal Ramli. Aksi berlangsung sekitar 2,5 jam. Dimulai pukul 09.00 WIB, dan berakhir pukul 11.30 WIB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebas Tugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebas Tugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com