Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (APERSI) Anton RS mengungkapkan salah satu alasan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan merencanakan akusisi BTN adalah karena BTN tak mampu mengimbangi tingginya kebutuhan KPR akan perumahan. Padahal, dalam kenyataannya tidak demikian.
"Anggota kami banyak yang nasabah BTN. Tidak pernah ada masalah dalam pencairan kredit, baik kredit konstruksi maupun perumahan. Sebenarnya kemampuan BTN di tahun 2013 maupun saat ini belum menjadi kendala," kata Anton di Menara Kadin, Rabu (23/4/2014).
Anton memaparkan, pada tahun 2013 BTN mampu menyalurkan 96 persen atau sekitar 96.000 unit dari 102.000 KPR FLPP. Adapun Bank Mandiri selaku bank yang akan mengakuisisi BTN, hanya mampu menyalurkan sekitar 1.695 unit atau sekitar 1,66 persen.
"Apa yang terjadi kalau setelah akuisisi, BTN hanya menyalurkan 17.000 unit dan bukan 96.000 unit lebih? Siapa yang akan bertanggung jawab?" tegasnya.
Lebih lanjut, Anton mengungkapkan apabila ada kendala yang terjadi di lapangan, hal itu bukan bersumber dari kemampuan BTN dalam menyalurkan kredit terkait sektor perumahan.
"Banyak kendala di lapangan tidak terkait dengan kemampuan finansial bank. Malah kebijakan di tingkat stakeholder yang tidak tepat lapangan yang mengakibatkan menurunnya demand dan berakibat rendahnya jumlah realisasi KPR FLPP untuk rumah MBR (masyarakt berpenghasilan rendah)," ujar Anton.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.