Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tujuh Catatan Fraksi PAN untuk APBN 2015

Kompas.com - 26/05/2014, 14:52 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) memaparkan tujuh catatan yang merupakan pandangan mini fraksi atas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal 2015.

Pertama, pertumbuhan ekonomi yang dipatok dalam rancangan APBN 2015 sebesar 5,5-6,0 persen mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.  Juru bicara Fraksi PAN, Riski Sadig, mengatakan, pemerintah baru harus memanfaatkan momentum perbaikan ekonomi dengan kebijkan-kebijakan.

"Dalam rangka ekonomi makro, pemerintah menetapkan inflasi 4 persen, plus minus 1 persen. Walaupun tekanan inflari diprediksikan mereda, tapi Fraksi PAN memandang ada potensi inflasi melampaui angka pemerintah," sambung Riski menyebutkan catatan kedua, di Gedung Parlemen, Senin (26/5/2014).

Ada catatan ketiga adalah, soal SPN 3 bulan yang dipatok 6,0-6,5 persen. Ia mengatakan, yield SPN 3 bulan harus ditekan lebih rendah. Hal itu seiring dengan peringkat investasi dari berbagai lembaga yang lebi baik.

Sadig mengatakan, SPN 3 bulan harus diturunkan karena kan mempengaruhi surat utang negara (SUN) yang tinggi. "Suku bunga tinggi dikhawatirkan jadi referensi pasar. Ini kami minta pemerintah dan BI untuk menekan suku bunga kredit agar turun," ucapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, catatan keempat dari Fraksi PAN, adalah terkait asumsi nilai tukar rupiah yang dipatok di rentang Rp 11.500 - Rp 12.000 per dollar AS. Dalam hal ini, Fraksi PAN meminta pemerintah dan BI mencermati volatilitas nilai tukar rupiah.

"Asumsi memang harus realistis agar bisa menjaga industri domestik, tapi harus melihat juga pasar keuangan dunia yang tidak stabil," sambungnya.

Sementara itu, terkait asumsi harga minyak Indonesia (ICP) yang dipatok sekitar 95-100 dollar AS per barel, Fraksi PAN meminta pemerintah melakukan analisis lebih lanjut. Pasalnya, harga minyak dunia diprediksikan masih akan tinggi pada 2015.

"Target lifing minyak 900.000-920.000 per barel per hari menunjukkan kemunduran konsisten pengelolaan migas nasional. Setiap tahun semakin tidak mampu mencapai lifting. Target ini dikhawatirkan tidak mampu dicapai, sehingga pemerintaa harus realistsis. Harus ada terobosan baru," jelas Riski.

Adapun catatan terakhir adalah soal target gas.  Adapun catatan terakhir adalah soal target gas. Riski mengatakan, lifting gas yang menjadi indikator baru dalam kerangka asumsi makro 2015 diperkirakan mencapai 1.200-1.250 barel setara minyak sehari.

Ia menyebutkan, perlu transparansi dalam penerimaan sektor migas, karena selama ini tidak pernah diketahui pasti prosesnya dalam perhitungan APBN. Sementara itu, terkait pengalihan orientasi BBM ke gas, Fraksi PAN memandang, target lifting gas tanpa diikuti harga gas hanya akan menggambarkan besarnya volume saja tapi tidak diketaui nominal rupiahnya.

"Harusnya ditambahkan indikator harga gas, dan dibuat mekanisme harga gas seperti harga ICP. Sehingga, bisa dihitung konstribusi, seberapa besar penerimaan gas. Sehingga layak dijadikan indikator makro ekonomi," papar Riski.

Kendati memberikan banyak catatan, namun secara umum, Fraksi PAN menyepakati kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal 2015, untuk dibahas lebih lanjut. "Terakhir, pemerintah diharapkan melakukan efisiensi belanja kurang produktif dan optimasi penerimaan negara. Pemerintah harus merespon catatan-catatan tersebut," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cadangan Devisa Merosot, Bos BI: Enggak Usah Insecure..

Cadangan Devisa Merosot, Bos BI: Enggak Usah Insecure..

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha TaniFund, Ini Alasannya

OJK Cabut Izin Usaha TaniFund, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Logistik Pertambangan MAHA Bakal Tebar Dividen, Simak Besarannya

Emiten Logistik Pertambangan MAHA Bakal Tebar Dividen, Simak Besarannya

Whats New
Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Whats New
IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

Whats New
Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Whats New
PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Whats New
Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Whats New
Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Whats New
5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

Work Smart
Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Whats New
Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Whats New
Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Whats New
Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com