Menteri Perindustrian MS Hidayat menyebutkan, Freeport meminta bea keluar diturunkan. Namun, pemerintah menegaskan bea keluar bisa turun hingga nol persen ketika smelter sudah terbangun.
"Sekarang dia minta pertimbangan. Kalau selesai membangun (smelter) kan 3 tahun lagi. Tapi yang bisa memastikan dia membangun itu apa? Waktu itu kita wacanakan pakai jaminan. Barangkali ini yang akan saya teruskan," ujar Hidayat.
Dia mengatakan, konsentrat Freeport saat ini sudah berjuta-juta ton, namun belum bisa diekspor lantaran smelter belum terbangun. Hidayat menambahkan, Freeport harus menyetor setidaknya 115 juta dollar AS untuk mendapatkan izin ekspor mineral mentah. Angka tersebut adalah 5 persen dari besaran investasi smelter Freeport yang ditaksir menelan anggaran hingga 2,3 miliar dollar AS.
Sementara itu, ditemui dalam kesempatan sama, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Roziek B Soetjipto mengaku hingga hari ini, perusahaan tambang berinduk Amerika Serikat tersebut belum menitipkan uangnya ke pemerintah.
"Jaminan belum dimasukkan, tapi sudah ada komitmen bahwa kita siap," kata Roziek. Dia mengatakan, smelter yang akan dibangun nantinya, kemungkinan berlokasi di Gresik, dengan kapasitas produksi mencapai 1,6 juta konsentrat tembaga per tahun.
Roziek menambahkan, proposal pembangunan smelter sudah dilayangkan ke pemerintah dan akan dibahas. Sementara itu, mengenai kabar Freeport menggandeng Antam, Roziek mengatakan, Freeport akan memegang saham mayoritas smelter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.