Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investor Reksadana Dollar Waspada

Kompas.com - 06/06/2014, 09:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) belum mempengaruhi kinerja reksadana berdenominasi dollar AS. Namun investor reksadana perlu waspada jika nilai tukar rupiah terbenam hingga melewati level Rp 12.000 per dollar AS.

Sekadar gambaran, di pasar spot kemarin (5/6/2014), kurs rupiah menguat 0,25 persen dari hari sebelumnya ke Rp 11.860. Kendati demikian, rupiah telah terpangkas 5,05 persen dari titik terkuat tahun ini di Rp 11.289 pada 8 April 2014.

PT Infovesta Utama mencatat saat ini terdapat 40 reksadana berdenominasi dollar AS. Meski rupiah jeblok, per 4 Juni 2014, 27 produk yang masih mampu memberikan imbal hasil (return) positif dalam sebulan. Hanya ada 5 produk yang kinerjanya minus dan sisanya tidak bergerak. Kinerja terbaik diraih oleh Danareksa Melati Dollar dengan return 3,86 persen, Danareksa Melati Platinum Dollar AS 2,17 persen dan Panin Dana US Dollar 2,03 persen.

Head of Operation and Business Development PT Panin Asset Management, Rudiyanto mengatakan saat ini kinerja reksadana dollar masih cukup baik. “Dengan catatan aset dasar reksadana tersebut juga berdenominasi AS,” ungkap Rudiyanto.

Contohnya, PAM mengoleksi obligasi domestik berdenominasi dollar AS sebagai aset dasar Panin Dana US Dollar. Kinerja aset dasar reksadana itu bisa mengurangi resiko kurs rupiah yang memburuk.

“Lain halnya dengan reksadana saham berdenominasi dollar AS. Aset dasarnya harus emiten yang ada di Bursa Efek Indonesia,” ujarnya.
 
Hal itu membuat reksadana jenis ini kena imbas pelemahan rupiah saat mengkonversi nilai aset dasar ke Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit penyertaan dalam bentuk dollar AS.

Direktur PT Sinarmas Asset Management, Jeff Tan bilang untuk memaksimalkan return reksadana dollar AS, MI bisa menyiasatinya dengan berinvestasi pada emiten-emiten yang pendapatan usahanya dalam mata uang dollar AS.

“Seperti emiten sektor pertambangan, kinerjanya naik karena pendapatannya dalam dollar AS,” ujar Jeff.

Strategi Investor

Analis PT Infovesta Utama, Edbert Suryajaya menilai sebulan terakhir pelemahan rupiah belum terlalu mempengaruhi kinerja reksadana dollar AS. Maklum, pelaku pasar menilai nilai tukar rupiah yang wajar berada di rentang Rp 11.000-Rp 12.000.

Tapi jika gerak rupiah di luar ekspektasi, kinerja aset dasar reksadana dollar AS seperti saham dan efek surat utang ikut terpangkas. “Investor harus waspada jika rupiah menyentuh atau melewati Rp 12.000,” ujar Edbert.

Jika hal itu terjadi, Edbert  menyarankan investor melakukan perubahan strategi. Bagi investor yang membutuhkan rupiah, sebaiknya mencairkan seluruh modal beserta imbal hasil yang telah diraih. Tujuannya untuk mengantisipasi penyusutan aset dasar reksadana jika rupiah kian terpuruk.

Bagi investor yang lebih membutuhkan likuiditas dalam dollar AS, cukup menjual 50 persen dari total modal plus imbal hasil yang didapat. Jika rupiah kembali menguat, sisa unit penyertaan reksadana masih bisa tumbuh. Investor bisa kembali menambah dana di reksadana dollar AS. (Noor Muhammad Falih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Whats New
Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Whats New
Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Whats New
Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com