Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Jawa-Sumatera Disambungkan dengan Kabel Bawah Laut

Kompas.com - 19/06/2014, 16:28 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Pembangunan pembangkit listrik di kawasan Sumatera semakin banyak seperti contohnya proyek PLTU Mulut Tambang di Sumatera Selatan. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Sumatera.

Deputi Menteri PPN/Bappenas Bidang Sarana dan Prasarana, Dedy Priatna, mengatakan, jika seluruh pembangkit di Sumatera itu telah selesai dibangun, diperkirakan kapasitas listrik yang dihasilkan bisa mencapai 3.000 megawatt.

“Kalau sampai kabel laut ini tidak ada, mau dikemanakan 3.000 megawatt itu? Untuk seluruh Sumatera, itu kegedean,” katanya menjelaskan pentingnya dibangun high-voltage, direct current (HVDC), ditemui wartawan di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (19/6/2014).

Dedy mengatakan, jika pembangunan kabel HVDC itu terlambat, maka pemerintah Indonesia terancam dituntut perusahaan swasta yang membangun pembangkit listrik.

Dia mengatakan, dalam kontrak pembangunan pembangkit listrik, pemerintah Indonesia menjamin listrik yang dihasilkan perusahaan swasta bisa terserap 60 hingga 70 persen oleh PLN.

“Karena kalau enggak dibeli PLN, dia (investor) engga bisa balikin (modal). Itu jaminan investasi di Indonesia, sehingga kabel HVDC ini wajib jadi,” ujarnya.

Dengan adanya kabel HVDC, listrik yang dihasilkan pembangkit listrik di Sumatera, bisa dialirkan ke Jawa. Sebagai informasi, proyek ini diperkirakan menelan 2,12 miliar dollar AS yang akan didanai dalam 4 tahap. Adapun tahap 1 dan 2 sudah dilakukan dengan pinjaman lembaga donor Jepang, sebesar Rp 1,19 miliar dollar AS. Sementara itu, tahap 3 dan 4 masih harus mendapat persetujuan dari Presiden melalui rapat terbatas.

Dedy mengatakan, pemerintah berencana mendanai tahap 3 dan 4, karena PT PLN sudah tidak mempunyai kemampuan pinjam. Dia bilang PT PLN ingin membangun HVDC untuk mengejar penyerapan listrik pembangkit hingga 70 persen.

“Karena di-blue book, maka menjadi pinjaman pemerinta. Sehingga nantinya PLN nya bayar ke pemerintah. PLN bisa bayar dengan hasil subsidi yang dibayarkan,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com