Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Tawaran Prabowo-Hatta dan Jokowi-Kalla untuk Atasi Mafia Pangan?

Kompas.com - 23/06/2014, 09:20 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Salah satu persoalan di bidang pangan Indonesia adalah mafia dan kartel pangan. Apa strategi pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa maupun Joko Widodo-Jusuf Kalla?

Anggota tim ekonomi dari pasangan Prabowo-Hatta, Fary Jemi Francis, mengatakan, mafia pangan akan mereka berantas dengan menyerahkan penanganan subsidi pertanian kepada kalangan profesional.

"Mafia pangan dan subsidi harus menjadi masukan, harus jadi perhatian khusus," kata Fary, di Jakarta, Sabtu (21/6/2014).

Adapun anggota tim ekonomi dari pasangan Jokowi-Kalla, Erik Satrya Wardhana, mengatakan, cara memberantas mafia pangan ini adalah dengan redistribusi aset produktif. Dia mengatakan, ada dua tahap yang harus dilakukan, yakni on farm dan off farm.

"Produksi tahap 1 yang on farm, negara harus memberikan jaminan beberapa hal, misalnya benih, pupuk, dan kebijakan subsidi," kata Erik. "Saya agak heran kenapa pupuk organik dihapus. Padahal, yang membuat lahan tidak subur pupuk kimia," imbuh dia.

Erik menjelaskan, program subsidi pupuk kimia pernah menjadi program pemerintah pada era 70 sampai 80-an. Pada jangka pendek, produktivitas pertanian memang meningkat. Namun, dalam jangka panjang, lahan pertanian menjadi hancur.

"Kehancuran ini harus jadi tanggung jawab pemerintah untuk menyehatkan lahan rakyat. Ini tidak boleh dibebankan kepada petani," ujar Erik. Selain soal pupuk, dalam tahap on farm ini juga perlu diperhatikan masalah infrastuktur pertanian.

Menurut Erik, tidak adanya pembangunan infrastuktur pertanian dan infrastuktur perdesaan selama ini membuat tingkat kerusakan di perdesaan mencapai 70 persen. "Jadi, itu juga harus menjadi tanggung jawab negara," kata dia.

Adapun pada tahap off farm, Erik mengambil contoh petani sawit rakyat. Saat ini sebanyak 40 persen petani sawit adalah petani rakyat dan 60 persen adalah petani besar yang memiliki usaha hilir.

"Kalau bea keluar CPO naik, ini akan menekan harga TBS (tandan buah segar). Petani besar bisa mengompensasi di hilir. Tapi, petani kecil begitu rugi dia tidak bisa mengompensasi apa pun," papar Erik.

Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (Pispi) Arif Satria mengatakan, ada tiga penyebab kartel tumbuh subur di Indonesia. Pertama, jalur distribusi pangan sangat mahal. Kedua, lemahnya kontrol pemerintah terhadap stok pangan yang mereka kuasai. Ketiga, ketidakmampuan pemerintah menumbuhkan sektor produksi pangan strategis di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Whats New
IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com