Kejadian yang menimpa Malaysia Airlines juga meninggalkan banyak pertanyaan terkait masa depan maskapai itu. Sebab, Malaysia Airlines sudah cukup terseok-seok sebelum tragedi-tragedi tersebut terjadi. Sebelum MH370 menghilang, iklim bisnis memaksa maskapai itu rugi selama 3 tahun berturut-turut hingga mencapai 4,2 miliar ringgit atau 1,3 miliar dollar AS.
"Akan tetapi situasi bertambah buruk. Bangkrut adalah kemungkinan yang tidak diragukan," kata analis penrbangan Aspire Aviation Daniel Tsang seperti dikutip CNN Money, Minggu (20/7/2014).
Menurut hukum internasional, Malaysia Airlines bertanggung jawab melakukan pembayaran awal sebesar 150.000 dollar AS kepada keluarga masing-masing korban tewas kedua pesawat tersebut. Selain itu, ada pula gugatan hukum yang harus dihadapi.
Meski demikian, pembayaran-pembayaran tersebut dinilai tidak akan membuat rekening Malaysia Airlines jebol. Menurut pilot militer dan pengacara penerbangan Justin Green, pengeluaran-pengeluaran Malaysia Airlines akan ditanggung premi asuransi yang meliputi pesawat dan penumpangnya. "Sangat sedikit maskapai penerbangan yang langsung bangkrut sesaat setelah terjadi tragedi," ujar Green.
Di samping itu, sejauh ini para penumpang Malaysia Airlines pun cukup loyal. Setelah MH370 hilang, Malaysia Airlines tidak melihat penurunan jumlah penumpang secara signifikan bila dilihat dari laporan frekuensi penerbangan pada bulan April. Meskipun demikian, penurunan terjadi sebesar 4 persen pada bulan Mei.
Faktor lain adalah fakta bahwa Malaysia Airlines memiliki sokongan dari pemerintah Malaysia. Badan investasi pemerintah memiliki hampir 70 persen kepemilikan perusahaan itu, sehingga kemungkinan besar dapat membantu kelangsungan perusahaan.
baca juga: Terbangi Jakarta-Amsterdam, Garuda Tak Gunakan Rute #MH17