Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eropa Pangkas Bunga, Investasi Akan Mengalir ke RI

Kompas.com - 08/09/2014, 05:31 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Bank Central Eropa (ECB) memangkas suku bunganya ke rekor terendah. Hal ini dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan Uni Eropa yang mengalami stagnan.

Bank Sentral Eropa menurunkan suku bunga pinjaman utama menjadi 0,05 persen. Sebelumnya, suku bunga pinjaman utama Bank Sentral Eropa sebesar 0,15 persen. Inflasi kawasan euro pun melambat menjadi 0,3 persen pada bulan lalu atau jauh di bawah target bank sentral sebesar 2 persen. 

Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan pemangkasan suku bunga yang dilakukan Bank Sentral Eropa, Indonesia bakal mendapatkan keuntungan. Sebab akan ada aliran dana masuk ke Indonesia (inflow).

Negara berkembang secara keseluruhan, kata dia, pasti akan dipilih karena potensi imbal hasil yang tinggi. Saat ini, jika dibandingkan, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia masih lebih tinggi dibanding Amerika. Yield Amerika 2,3 persen sedangkan Indonesia 8,2 persen. Apalagi, kata dia, potensi portofolio Indonesia masih bagus.

Ditambah lagi dengan adanya pemerintahan baru diharapkan pembangunan bisa terealisasi. "Harapannya bangun infrastruktur dan beri sentimen positif bangun dalam negeri," kata Lana.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara sendiri melihat pemangkasan suku bunga Eropa memberikan harapan bagi negara berkembang termasuk Indonesia untuk arus masuk. Investor Eropa akan mencari imbal hasil yang lebih tinggi ke negara berkembang.

Namun ada syaratnya. "Syaratnya adalah negara emerging market yang menjaga stabilitas makro dan mempunyai kebijakan ekonomi yang baik," tukas Mirza.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menambahkan, pemangkasan suku bunga yang dilakukan Bank Sentral Eropa juag akan memperlambat potensi arus dana keluar dari Indonesia (outflow). Seberapa besar outflow yang akan terjadi, ia sulit memprediksi. "Tergantung seberapa besar kenaikan suku bunga The Fed ke depan," ujar David akhir pekan ini. 

Sedangkan untuk potensi arus masuk atau inflow, diakuinya tidak akan signifikan. Hal ini lantaran kondisi fundamental Indonesia sendiri yang belum sehat, khususnya pada neraca transaksi berjalan. (Margareta Engge Kharismawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com