“Kuliner Korea itu identik dengan mahal, tidak halal, terus rasanya aneh. Ini kita mau pangkas satu per satu,” kata Albert yang mengaku pencinta kuliner Korea dan Jepang ini, ditemui Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu (13/9/2014).
Karena mayoritas pasar Indonesia tidak mengkonsumsi babi, Albert mengatakan, SamWon berkomitmen menjual kuliner Korea tanpa ingredient tersebut. Agar rasanya juga tidak aneh, Albert telah mengkombinasi bumbu-bumbu yang memang ia impor langsung dari Korea, agar sesuai dengan lidah orang Indonesia.
Awal mula usaha ini dirintis, Albert merogoh kocek tak kurang dari Rp 1,5 miliar. Saat ini, SamWon telah memiliki sembilan gerai terdiri dari SamWon House yakni yang berbentuk restoran serta SamWon Express yang bergaya foodcourt. Dari sembilan gerai yang dimiliki, empat di antaranya dimiliki oleh mitra.
Dalam waktu dekat, ada tiga mitra lagi yang bergabung dengan SamWon. Ya, sejak setahun terakhir SamWon membuka kesempatan bagi mereka yang ingin berwirausaha melalui kemitraan. Untuk dapat menjadi mitra SamWon, Anda cukup membenamkan investasi sekitar Rp 350 juta untuk foodcourt atau SamWon Express, hingga Rp 750 juta untuk restoran atau SamWon House.
Marketing Communication SamWon House, Nurmala Dewi mengatakan, untuk SamWon Express saja, pewaralaba (franchise) bisa mendapatkan balik modal, atau break even poin (BEP) kurang lebih dalam 8-18 bulan. Dengan asumsi, omzet rata-rata per hari mencapai Rp 5 juta.
Berikut analisis usaha SamWon Express: