Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meniru Orang Kaya namun Belajar dari Orang Miskin

Kompas.com - 26/09/2014, 09:00 WIB

                                              Ryan Filbert
                                            @RyanFilbert

Di sore hari yang cerah, saya terlibat sebuah perbincangan dengan seorang teman baru yang dikenalkan oleh partner bisnis saya. Beliau adalah seorang praktisi NLP (Neuro Linguistik Programming), sehingga saya menjadi amat tertarik untuk mempelajari NLP.

Tidak sampai 30 menit pebincangan saya dengan orang ini, saya menjadi sangat akrab. Hingga kami sampai pada sebuah topic pembicaraan yang menarik, bahwa ada sebuah fenomena menarik yang sering didapati pada orang tua-orang tua yang telah memiliki anak, bahwa mereka sebenarnya membuat anaknya menjadi siap miskin!

Mengapa bisa demikian?

Ada beberapa yang point yang dapat bisa dimimak mengenai hal itu,

Pertama, dokter mengajarkan membangun rumah. Anda tentu tahu bahwa seorang dokter adalah seorang yang ahli dalam menyembuhkan penyakit? Sedangkan, orang yang merancang konstruksi bangunan berhubungan dengan teknik sipil? Lantas, apa jadinya bila seorang dokter mengajarkan orang lain bagaimana caranya membangun rumah? Ya, jawabannya adalah rumahnya tidak jadi, atau begitu selesai, rumahnya ambruk.

Nah, ini rupanya terjadi dalam kehidupan antara anak dan orang tua. Orang tua ingin memberikan teladan banyak hal kepada anaknya. Tentunya, pengetahuan terbaik dari orang orang tua akan diberikan kepada anaknya.

Bila seorang anak dokter ingin menjadi dokter, saya yakin 100 persen orang tuanya akan memberikan segala ilmu dan pengetahuannya. Namun, bila seorang anak ingin belajar menjadi ahli dalam kekayaan dan orang tuanya tidak memiliki pengetahuan tersebut, maka bisa diartikan seorang anak masuk ke dalam kategori salah didik.

Kedua, fenomena kupu-kupu. Sebelum menjadi kupu-kupu, binatang itu berasal dari larva dan membentuk kepompong. Namun, apakah yang terjadi ketika kita memaksa seekor kupu-kupu yang masih berada di dalam kepompong untuk keluar dengan maksud yang sebenarnya baik, yaitu agar bisa segera terbebas? Tentunya kupu-kupu tersebut akan mati!

Saking terlalu sayang pada anaknya, banyak orang tua yang berkecukupan justru memanjakan anak-anaknya dan membuat mereka ‘mati’ di masa depannya, mengapa? Mereka sebenarnya tidak siap untuk ‘terbang’, namun mereka hanya siap ketika semua disediakan oleh orang tuanya. Selama ini, banyak orang tua yang salah mengartikan kata sayang dengan berusaha membuat anaknya terus menerus nyaman.

Masalahnya, suatu hari, suatu saat, seorang anak akan berpisah dengan orang tuanya. Apa jadinya ketika harus berdiri sendiri, namun seumur hidup anak tersebut telah dibantu dan dicukupi oleh orang tuanya?

Ketiga, fenomena teladan. Masih berkaitan dengan point sebelumnya, banyak orang tua kaya ingin memberikan kenyamanan dengan mempersiapkan semua bagi anak-anaknya. "Nak, kamu tidak usah ikut-ikut kerja, ini semua sudah ayah/ibu siapkan untukmu."

Orang tua yang kaya dan sukses, seharusnya anaknya bisa meneladani. Namun, karena rasa sayang yang salah, membuat anaknya menjadi malas karena mendapat pesan ‘tidak usah ikut-ikut’.

Lain halnya dengan orang miskin, "Nak, lihat ayah/ibu, sudah bekerja mati-matian, tapi masih saja susah. Kamu harus seperti ayah/ibu bekerja lebih keras lagi."

Kontrasdengan orang tua kaya, justru si orang miskin meminta anaknya melihat dirinya sebagai orang tua dan bekerja mengikuti apa yang mereka lakukan. Menurut Albert Einstein, “Hanya orang gila, mengulang dua aktivitas yang sama untuk mengharapkan hasil yang berbeda”.

Sudah jelas-jelas cara yang dilakukan oleh orang tuanya salah, justru anaknya malah minta melakukan cara yang sama. Namun ada sebuah hal menarik yang diungkapkan orang miskin: bekerja lebih keras lagi.

Andaikan seseorang yang belajar dari kesuksesan orang kaya dengan semangat orang miskin, hasilnya akan WOW..

Bagaimanapun, semua orang ingin menjadi sukses, kaya dan bahagia. Namun, bila tidak tahu caranya, hal itu sama saja dengan berjalan tanpa tujuan. Anda akan berputar-putar. Lantas, apa cara yang terbaik? Mulailah belajar hari ini juga, luangkanlah waktu, bukalah diri dan pikiran, niscaya kita akan mengetahui dengan rendah hati, apakah kita salah dan kita mau memperbaikinya.

Salam Investasiuntuk Indonesia

Ryan Filbert merupakan praktisi dan inspirator investasi Indonesia. Berusia 28 tahun, Ryan memulai petualangan dalam investasi dan keuangan semenjak usia 18 tahun. Aneka instrumen dan produk investasi dijalani dan dipraktikkan, mulai dari deposito, obligasi, reksadana, saham, options, ETF, CFD, forex, bisnis hingga properti. Semenjak 2012, Ryan mulai menuliskan perjalanan dan pengetahuan praktisnya. Buku-buku yang telah ditulis antara lain: Investasi Saham ala Swing Trader Dunia, Menjadi Kaya dan Terencana dengan Reksa Dana, Negative Investment: Kiat Menghindari Kejahatan dalam Dunia Investasi dan Hidden Profit from The Stock Market.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

BrandzView
Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Whats New
Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Whats New
Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com