Ekspektasi kenaikan bunga acuan AS yang mendorong penguatan dollar AS menjadi terpaan bagi harga emas, begitu juga dengan kekhawatiran pasar akan kesehatan ekonomi China. Joel Crane, analis Morgan Stanley di Melbourne mengatakan, rata-rata harga emas akan merosot tiap kuartal, dan mencapai 1.165 dollar AS per troy ounce pada September tahun depan. Harga tersebut berbanding dengan proyeksi hari ini 1.211,7 dollar AS.
"Dollar akan menjadi kunci pergerakan emas, sedangkan bijih besi akan tertekan akibat kenaikan cepat penumpukan pasokan," tulis Crane dalam risetnya.
Harga rata-rata emas di pasar spot untuk kuartal ketiga (Juli-September) tahun ini di 1.282,07 dollar AS, menurut Bloomberg generic pricing.
Nah, menurut hitungan Crane, rata-rata harga emas akan turun mencapai 1.225 dollar AS pada tiga bulan hingga Desember nanti, lalu ke 1.200 dollar AS pada akhir kuartal pertama tahun depan, dan berlanjut ke 1.175 dollar AS pada periode April-Juni.
Crane memperkirakan, permintaan emas akan bergeser ke bagian timur. Permintaan emas di China dan India, dua konsumen terbesar logam mulia, akan memberi sentimen positif pada harga emas baik perhiasan, batangan, maupun koin di tahun depan.
Permintaan emas di China menyentuh rekor 1.065,8 metrik ton tahun lalu atau 28 persen dari konsumsi emas global. World Gold Council memperkirakan, permintaan emas di China akan menyentuh rekor baru yaitu 1.350 ton pada tahun 2017.
Morgan Stanley memperkirakan, harga bijih besi akan mencapai rata-rata 100 per ton kering tahun ini dan 87 dollar AS di tahun depan. (Sanny Cicilia)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.