Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Tukar Dollar AS Turun Sedikit, Menjelang Penentuan "Nasib" Stimulus The Fed

Kompas.com - 28/10/2014, 04:52 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com - Nilai tukar dollar AS melemah tipis, alias turun tetapi tidak banyak, Senin (27/10/2014), menjelang pertemuan dua hari Bank Sentral Amerika Serikat yang dimulai pada Selasa (28/10/2014).

Pertemuan The Fed kali ini diperkirakan bakal menentukan "nasib" dari quantitative easing alias stimulus The Fed yang sudah berumur 6 tahun, sejak meletusnya kredit properti (krisis subprime mortgage) di negara itu.

Meski demikian, perdagangan sepanjang Senin tak memperlihatkan gejolak berarti, tanpa kejutan besar sebagaimana sebelumnya diduga menjelang pertemuan The Fed. Namun sejumlah antisipasi terjadi, berjaga-jaga bila The Fed benar-benar menaikkan suku bunganya.

The Fed telah berulang kali menyatakan bakal menaikkan suku bunga, setelah menurunkannya ke level terendah pada akhir 2008. Dalam pernyataannya, The Fed mengatakan akan datang saatnya quantitative easing dianggap cukup dan harus berakhir.

Hingga Senin pukul 21.00 GMT, atau Selasa pukul 04.00 WIB, dollar melemah tipis terhadap euro, dari 1,2666 dollar AS per Euro pada Jumat (24/10/2014), menjadi 1,2699 dollar AS per euro pada Senin.

Sedangkan terhadap yen Jepang, dollar AS juga melemah tipis dari 108 yen per dollar AS pada Jumat, menjadi 107,78 yen per dollar AS pada Senin. Adapun berhadapan dengan poundsterling, dollar AS lagi-lagi melemah, dari 1,6086 dollar AS per poundsterling pada Jumat menjadi 1,6119 dollar AS per poundsterling pada Senin.

Quantitative easing merupakan stimulus dari Bank Sentral Amerika menyusul hantaman krisis keuangan yang bermula dari krisis subprime mortgage pada 2008. Bentuk stimulus ini adalah penggelontoran uang senilai 85 juta dollar AS per bulan, berupa pembelian surat berharga negara (UST).

Dengan penggelontoran uang ini, pasokan dollar dunia meningkat, alirannya pun sampai ke negara-negara berkembang seperti Indonesia. Selama stimulus ini berlangsung, dunia mengalami era "dollar murah". Bila stimulus tersebut berakhir, diperkirakan terjadi pengetatan moneter di Amerika, dan "harga" dollar AS pun akan kembali mahal--dan semakin mahal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com