Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Besar Ancang-ancang Menaikkan Harga Pangan

Kompas.com - 04/11/2014, 09:41 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pedagang besar mulai ancang-ancang menaikkan harga pangan. Gelagat tersebut tertangkap hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) dalam indeks harga perdagangan besar (IHPB) di bulan Oktober. Hasilnya, indeks sektor pertanian naik 4,52 persen, di saat sektor lain turun.

Asal tahu saja, indeks itu menggambarkan besarnya perubahan harga komoditas di tingkat perdagangan besar/grosir. Oktober lalu, penyumbang kenaikan harga adalah cabe merah, cabe rawit, jeruk, salak, daging babi, soun, dan sayuran ekspor. Misalnya,  harga cabe merah biasa di September masih di kisaran Rp 20.034 per kilogram (kg). Nah, Oktober lalu harganya sudah naik 52,77 persen menjadi Rp 30.607 per kg.

Dua bulan ke depan, harga bahan pokok seperti beras, jagung, dan kedelai diperkirakan melonjak. Sebab produksi tiga jenis pangan itu di bawah target awal. Selain itu, dampak kekeringan yang membuat musim panen mundur serta kualitas produksi turun baru terasa mulai akhir tahun ini.

Kementerian Pertanian menyatakan, stok beras dan kedelai akan defisit dalam dua bulan ke depan. Pelaksana tugas (Plt) Dirjen Tanaman Pangan Haryono mencontohkan, November, produksi gabah kering giling (GKG) sebanyak 2,8 juta ton yang menghasilkan 1,63 juta ton beras.

Padahal kebutuhan beras nasional mencapai 2,9 juta ton. Alhasil terjadi defisit 1,3 juta ton. Begitu pula di Desember, bakal defisit beras sebanyak 1,2 juta ton.

Kepala Ekonom Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual, menilai, defisit pangan sampai akhir tahun masih dapat diisi oleh stok  pangan yang dimiliki pemerintah saat ini. Jika harga naik, pemerintah juga bisa menempuh impor pangan sebagai upaya untuk menstabilkan harga.

Dampak kenaikan BBM
David justru mengkhawatirkan kenaikan harga pada komoditas pangan yang hanya diproduksi di dalam negeri, seperti sayur dan buah. Apalagi, kekeringan menyebabkan produksi dua komoditas itu terganggu, sementara permintaan cenderung naik. "Kalau sayuran kan tidak ada impor. Kalau permintaan tetap tapi suplai rendah, harga otomatis naik," ujarnya.

Selain faktor cuaca, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akhir tahun ini turut berandil besar mendorong harga pangan naik gila-gilaan. Sebab, menurut David, ongkos logistik bahan pangan makin membengkak.

Pengamat pertanian, Khudori, menambahkan, jika pemerintah menaikkan harga BBM hingga Rp 3.000 per liter akhir tahun ini, harga pangan bakal bertahan tinggi hingga Februari 2015. "Ini mengkhawatirkan, sebab Januari dan Februari masih dalam kondisi paceklik," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Whats New
Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Earn Smart
Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com