Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tantangan Beras Lokal di Era Pasar Bebas

Kompas.com - 06/11/2014, 14:52 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


SOLO, KOMPAS.com - Indonesia merupakan negara dengan konsumsi beras terbesar di Asia Tenggara. Ditambah dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia akan menghadapi serbuan beras impor. Beras memang menjadi salah satu komoditi lokal yang harus bersaing di era pasar bebas Masyarakat ASEAN 2015.

Konsumsi beras di negeri ini sekitar 139,5 kilogram/kapita/tahun, jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan Malaysia yang hanya 80 kg/kapita/tahun, Jepang 50 kg/kapita/tahun, dan Korea yang sekitar 40 kg/kapita/tahun.

Kebutuhan beras dalam negeri yang terus meningkat seharusnya juga diimbangi dengan peningkatan kualitas. "Pemerintah memang harus mendorong pengolahan beras berkualitas agar bisa bersaing di pasar bebas," kata Prof.Djoko Said Damardjati, peneliti bidang pangan Badan Litbang Kementrian Pertanian, dalam acara temu media di Solo (5/11/14).

Djoko menjelaskan, varietas padi unggul yang ditanam di Indonesia 90 persennya adalah hasil benih yang dirakit oleh orang Indonesia. Misalnya saja varietas padi Ciherang, Cibogo, IR, Cimelati, dan sebagainya.

Padi yang tumbuh di Indonesia merupakan padi jenis Indica yang memang cocok hidup di negara tropis seperti Indonesia, India, dan Filipina. Jenis padi lain yang khas Indonesia sebenarnya adalah jenis Javanica. "Padi ini asalnya dari Pulau Jawa, padinya wangi dan pulen. Ini menunjukkan bahwa nenek moyang kita ternyata adalah pemulia tanaman," katanya.

Padi Javanica saat ini masih dipelihara sebagai warisan leluhur dan ditanam terbatas. Harga beras padi ini tergolong mahal karena dalam satu hektar hanya menghasilkan 4 ton beras, jauh lebih sedikit dibanding padi Indica.

Salah satu produsen beras PT.Tiga Pilar Sejahtera (TPS) Food, terus melakukan terobosan untuk bisa bersaing dengan beras impor. Salah satunya adalah dengan membangun pabrik pengolahan beras dengan kapasitas produksi mencapai 40.000 ton perbulan, sampai membangun merek beras dalam kemasan premium.

"Walau pun makanan pokok orang Indonesia, tapi beras masih dianggap seabgai komoditi, padahal dalam bentuk komoditi sulit dikontrol kualitasnya mulai dari sejak dipanen sampai dinikmati di meja makan," kata Direktur Pemasaran Beras TPS Food, Chris Oey.

Chris mengatakan, produk beras cap Ayam Jago produksinya, melakukan campuran varietas unggul di Indonesia untuk menghasilkan beras yang disukai konsumen, yakni beras yang pulen dan wangi.

"Produk kami merupakan campuran beberapa varietas, tapi apa saja varietasnya itu adalah rahasia dapur kami. Tapi intinya komposisinya dicari yang pas sehingga akan menghasilkan beras yang pulen tapi tidak terlalu lembek," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com