Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepanjang 2014, Industri Migas Bor 1.036 Sumur

Kompas.com - 10/11/2014, 08:28 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan sepanjang tahun 2014 industri minyak dan gas bumi telah melakukan pengeboran 1.036 sumur, terdiri dari 67 sumur eksplorasi dan 969 sumur pengembangan.

Kepala Humas SKK Migas, Rudianto Rimbono menuturkan, realisasi pengeboran sumur eksporasi yang sebanyak 67 sumur tersebut sebesar 51 persen dari target sebanyak 132 sumur. Dari realisasi tersebut 52 sumur diantaranya adalah sumur migas konvensional, dan 15 sumur merupakan sumur non-konvensional.

Sementara itu, realisasi pengeboran sumur pengembangan yang sebanyak 969 sumur adalah 73 persen dari rencana pengembangan sebanyak 1.324 sumur.

“Masalah yang dihadapi pengeboran sumur eksplorasi dan produksi serupa,” kata Rudianto dalam keterangan resmi diterima Kompas.com, Minggu (9/11/2014).

Beberapa kendala yang dihadapi antara lain proses pengadaan, jadwal rig, izin pembebasan lahan dan persiapan lokasi. Untuk survei seismik, geologi, dan geofisika, dari rencana sebanyak 49 kegiatan, terealisasi sebanyak 31 kegiatan atau 63 persen.

Tantangan yang dihadapi mulai dari melewati taman laut nasional, perizinan daerah, hingga studi internal. Adapun anjungan yang beroperasi untuk melakukan pengeboran mencapai 62 unit, dengan rincian 45 rig onshore dan 17 rig offshore.

SKK Migas juga melaporkan, kerja ulang yang dilaksanakan sepanjang tahun ini mencapai 833 sumur atau 76 persen dari rencana yang sebanyak 1.102 sumur. Sedangkan program perawatan sumur terlaksana sebanyak 24.028 sumur atau 74 persen dari rencana yang sebanyak 35.657 sumur.

Dari kegiatan pengeboran sumur pengembangan, diperoleh produksi awal mencapai 52.685 barel per hari dan 581 juta kaki kubik gas bumi per hari. Sedangkan dari kerja ulang dan perawatan sumur didapat tambahan produksi 26 ribu barel minyak per hari dan 286 juta kaki kubik gas bumi per hari.

“Tambahan ini untuk mengurangi gap karena produksi yang terus turun secara alamiah setiap tahun,” kata Rudianto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com