Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jusuf Kalla: Program LCGC Harus Dilanjutkan

Kompas.com - 12/11/2014, 18:13 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan bahwa program kendaraan bermotor ramah lingkungan dan harga terjangkau (KBH2) atau LCGC harus dilanjutkan. Ia menyebut sejumlah pertimbangan yang menjadi alasan program pemerintah sebelumnya itu harus dilanjutkan.

Pertimbangan pertama, menurut Kalla, LCGC pada dasarnya diberlakukan agar masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah bisa membeli mobil dengan harga terjangkau. Pertimbangan kedua, filosofi LCGC juga untuk menghadapi persaingan pasar bebas ASEAN.

"Karena itu, menurut saya karena tiga prinsip itu yang dipegang, ya harus dilanjutkan. Bahwa gol menengah jangan mahal-mahal, yang kedua persaingan ASEAN. Kalau kita tidak antisipasi, kita akan kemasukan," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Rabu (12/11/2014).

Menurut dia, LCGC yang sebagian komponennya diproduksi di Indonesia tersebut diperlukan dalam merebut pasar. Jika tidak memproduksi mobil sendiri, kata Kalla, maka Indonesia akan diserbut kendaraan murah dari Thailand.

"Karena kalau kita tidak membikin di sini, maka orang beli dari Thailand dengan nol persen, itu masalahnya. Lebih baik kita merebut pasar dari pada kita dimasuki pasar, karena kelas itu kelas yang mulai diproduksi di Thailand," paparnya.

Alasan lainnya, LGCG adalah kendaraan ramah lingkungan sehingga perlu dikembangkan. Mengenai sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang pernah menolak LCGC ketika dia masih menjabat Gubernur DKI Jakarta, Kalla mengatakan bahwa penilaian itu disampaikan Jokowi dalam kapasitas dia sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Sebagai gubernur ketika itu, Jokowi tengah berupaya mengatasi kemacetan Jakarta. Namun sekarang, Kalla meyakini Jokowi akan punya pandangan berbeda.

"Sekarang kan memandang seluruh Indonesia secara luas, tentu tidak harus sama lagi pandangan itu," kata Kalla.

Sebelumnya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) berharap Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla meneruskan program LCGC. Menurut Ketua Gaikindo Sudirman M Rusdi, LCGC menopang penjualan kendaraan bermotor secara nasional.

Jika program ini dihapuskan, Sudirman memastikan angka penjualan kendaraan bermotor akan berkurang. Sudirman menilai LCGC yang hemat bahan bakar itu lebih menguntungkan dibandingkan dengan kendaraan lainnya.

Kendaraan LCGC, kata dia, bisa hemat bahan bakar sekitar 20 kilometer/liter. Selain itu, LCGC bebas pajak barang mewah dan menjadi keuntungan bagi pihak konsumen. Hari ini, Gaikindo menemui Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Adik Prabowo Bangun Pabrik Timah di Batam, Bidik Omset Rp 1,2 Triliun

Adik Prabowo Bangun Pabrik Timah di Batam, Bidik Omset Rp 1,2 Triliun

Whats New
SKK Migas Sebut Transisi Energi Akan Tempatkan Peranan Gas Jadi Makin Strategis

SKK Migas Sebut Transisi Energi Akan Tempatkan Peranan Gas Jadi Makin Strategis

Whats New
PT PELNI Buka Lowongan Kerja hingga 16 Mei 2024, Usia 58 Tahun Bisa Daftar

PT PELNI Buka Lowongan Kerja hingga 16 Mei 2024, Usia 58 Tahun Bisa Daftar

Work Smart
Bapanas Siapkan Revisi Perpres Bantuan Pangan untuk Atasi Kemiskinan Esktrem

Bapanas Siapkan Revisi Perpres Bantuan Pangan untuk Atasi Kemiskinan Esktrem

Whats New
Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Whats New
Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Whats New
478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Whats New
Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Earn Smart
Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Earn Smart
Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Whats New
Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Earn Smart
Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Whats New
Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema 'Part Manufacturer Approval'

Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema "Part Manufacturer Approval"

Whats New
Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Whats New
Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com