Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertamina: Harga Premium Naik, Konsumsi Pertamax Akan Naik 400 Persen

Kompas.com - 18/11/2014, 15:19 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
- PT Pertamina (Persero) memprediksi konsumsi BBM nonsubsidi jenis pertamax bakal mengalami kenaikan 400 persen pascakenaikan harga premium subsidi. Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan, saat ini, konsumsi pertamax masih 2.500 kiloliter per hari.

"Namun, dalam 2-3 bulan ke depan, penjualan pertamax bisa naik empat kali lipat menjadi 10.000 kiloliter per hari," kata Hanung di Jakarta, Selasa (18/11/2014), seperti dikutip Antara.

Dalam setahun, konsumsi pertamax akan meningkat dari satu menjadi empat juta kiloliter. Menurut Hanung, disparitas harga pertamax makin mengecil pascakenaikan harga premium subsidi menjadi Rp 8.500 per liter.

Saat ini, harga pertamax dijual Rp 10.200 per liter, sehingga selisih dengan premium subsidi tinggal Rp 1.700 per liter.

"Selisih yang makin kecil, membuat konsumen beralih ke pertamax," katanya.

Apalagi, ditambah kecenderungan harga minyak yang terus menurun akhir-akhir ini, maka harga pertamax juga makin rendah dan konsumsinya bakal makin meningkat.

"Harga pertamax bisa turun di bawah Rp 10.000 per liter," ujarnya.

Hanung juga mengatakan, sebagai antisipasi, pihaknya akan menambah keran (nozzle) BBM nonsubsidi di SPBU pascakenaikan harga.

"Kami targetkan 'nozzle' BBM nonsubsidi mencakup 40 persen 'nozzle' premium," ujarnya.

Saat ini, stok pertamax cukup memenuhi 40 hari ke depan.

"Pada Desember akan datang 2-3 kargo (setara 400.000-600.000 barel) impor pertamax," ujarnya.

Hanung menambahkan, berdasarkan laporan sementara, penjualan premium dan solar di SPBU langsung turun pascakenaikan harga. Pengalaman kenaikan harga BBM sebelumnya, lanjutnya, penjualan SPBU kembali normal setelah 5-6 hari atau setelah stok BBM di kendaraan habis.

"Hari pertama turun 50 persen, kedua turun 40 persen dan baru normal 5-6 hari," ujarnya.

Namun, dalam jangka panjang, bakal mengerem pertumbuhan penjualan BBM. Pertamina memperkirakan kenaikan harga premium dan solar bersubsidi akan menurunkan konsumsi 250.000 kiloliter hingga akhir 2014.

Dengan penurunan tersebut, kelebihan konsumsi terhadap kuota APBN Perubahan 2014 sebesar 46 juta kiloliter yang sebelumnya diperkirakan 1,86 kiloliter menjadi hanya 1,6 juta kiloliter.

Presiden Joko Widodo yang didampingi Wapres Jusuf Kalla dan sejumlah menteri Kabinet Kerja di Istana Merdeka Jakarta pada Senin (17/11) malam mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi mulai Selasa pukul 00.00 WIB.

Harga BBM bersubsidi jenis premium dinaikkan dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 per liter dan solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter.

Menteri Keuangan Bambang Brojonegoro mengatakan, kenaikan harga tersebut memberikan pengurangan subsidi BBM lebih dari Rp 100 triliun per tahun. Sedangkan, dampak inflasi pada 2014 diperkirakan sekitar dua persen.

Pemerintah akan mengalihkan pengurangan subsidi BBM tersebut untuk membiayai infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan serta memberikan perlindungan kepada 15,6 juta kepala keluarga miskin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com