Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Genjot Pertumbuhan Kredit, BI dan OJK Diminta Segera Gunakan LFR

Kompas.com - 29/11/2014, 04:54 WIB
Icha Rastika

Penulis

DENPASAR, KOMPAS.com - Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dinilai perlu melakukan relaksasi kebijakan terkait likuiditas dalam menggenjot pertumbuhan kredit. Direktur The Finance Research, Eko B Supriyanto meminta BI dan OJK segera merealisasikan rencana penggunaan loan to funding ratio (LFR) yang memasukkan sumber dana bank dari obligasi dan pinjaman bilateral sebagai salah satu indikator likuiditas bank.

Saat ini, indikator likuiditas bank dilihat dari rasio kredit hanya terhadap dana simpanan nasabah atau loan to deposit ratio (LDR).

"Kalau BI mau terapkan LFR, itu kita masih punya ruang lebar untuk ekspansi," kata Eko dalam diskusi mengenai sumber pendanaan bank di Denpasr, Bali, Kamis (27/11/2014) malam.

Menurut Eko, perubahan perhitungan indikator likuiditas bank bukan barang baru. Indonesia pernah melakukan hal serupa pada 1988, 1993, dan 2003. Indikator likuiditas bank, menurut dia, harus menyesuaikan kondisi perekonomian nasional ketika itu.

"Ini punya sejarah masing-masing. Waktu 1988, mau ada pembangunan terus. Nah kalau sudah, hati-hati deh. Begitu ada krisis, mulai diketatin lagi sehingga bank tidak macam-macam, karena memang LDR-nya rendah sekali ketika itu," papar Eko.

Saat ini, menurut dia, perbankan nasional tengah dihadapkan pada likuiditas yang ketat karena tingginya LDR. Adapun LDR bank umum per Maret tercatat sebesar 91,17 persen. Peningkatan LDR ini tidak sebanding dengan perolehan dana pihak ketiga.

Masalah likuiditas dan permodalan, kata Eko, menjadi dua permasalahan utama yang bakal membayangi dunia perbankan nasional selama lima tahun ke depan. Perbankan bisa tertekan likuiditas jika pertumbuhan kredit tidak segera ditingkatkan. Mantan Direktur Biro Riset Infobank ini juga menyinggung struktur perbankan di Indonesia yang tidak efektif.

Hadapi MEA 2015

Menurut Eko, sebaiknya sejumlah bank di Indonesia segera melakukan konsolidasi. Sejumlah bank, kata dia, bisa melakukan merger sehingga membentuk bank-bank besar. Apalagi Indonesia akan menghadapi masyarakat ekonomia ASEAN (MEA) pada 2015 mendatang.

"Melakukan merger karena jumlah bank terlalu banyak sedangkan efektivitas tidak ada. Ini yang harus diperhatikan," kata dia.

Eko juga menilai jika konsolidasi perbankan Indonesia berlajan lambat dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia. Kedua negara itu sudah lebih dulu membangun mega bank dengan melakukan merger sejumlah bank.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Whats New
Harga Tiket Kereta Api 'Go Show' Naik Mulai 1 Mei

Harga Tiket Kereta Api "Go Show" Naik Mulai 1 Mei

Whats New
SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Whats New
Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Whats New
Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Whats New
Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Whats New
Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Whats New
Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Whats New
Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Whats New
Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

Whats New
Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

Whats New
IHSG Turun 0,84 Persen di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Turun 0,84 Persen di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Harga Emas Terbaru 2 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 2 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com