Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Indonesia Sudah Tidak Kredibel?

Kompas.com - 05/12/2014, 00:03 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Beragam kebijakan Bank Indonesia dinilai tak tepat. Sejumlah target indikator ekonomi dari otoritas bank sentral itu pun diniali kerap meleset. Dengan dasar itu, pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Faisal Basri menilai Bank Indonesia sudah tak lagi kredibe.

“BI tidak kredibel. Kenapa? (Kebijakan BI) tidak diikuti kok oleh pasar," kata Faisal dalam Seminar Nasional “Outlook Perkonomian Indonesia Tahun 2015” yang digelar BI, Kamis (4/12/2014). "Dia (BI) naikkan suku bunga (acuan), BCA (berencana) turunkan bunga."

Sebagai pengibaratan situasi tersebut, Faisal menggunakan istilah perbankan net interest margin (NIM)--selisih antara pendapatan dari bunga kredit perbankan dengan pengeluaran untuk bunga simpanan masyarakat--dengan mengatakan, "Kalau BI minta NIM perbankan diturunkan tetapi tidak mau menurunkan NIM-nya sendiri, ini kan aneh."

Pada Selasa (18/11/2014), BI menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 7,75 persen, sehari setelah Presiden Joko Widodo menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Dengan menggunakan contoh soal kebijakan moneter ini, Faisal meminta BI lebih berhati-hati ketika mengeluarkan kebijakan.

Faisal pun mengaku mendapat informasi bahwa Rapat Dewan Gubernur BI sudah sering berlangsung dengan situasi "hangat". "Tidak semua sepakat tentang naiknya suku bunga yang terlalu responsif," ujar dia.

Menurut Faisal, kenaikan harga BBM bersubsidi yang berimbas pada kenaikan inflasi tak membuat aliran modal berbalik meninggalkan Indonesia (capital outflow). "Return pasar keuangan Indonesia cukup baik, bahkan pada pekan lalu (mencapai) 20 persen," sebut dia.

Faisal berpendapat, tidak mungkin investor memindahkan dana dari negara yang memberikan pendapatan sebesar 20 persen dari nominal investasi yang ditanamkannya itu ke Amerika serikat sekalipun yang hanya memberikan return 7,5 persen.

“Kan enggak masuk akal. Jadi tolonglah BI insaf. Betul-betul ini BI betul-betul harus berpikir out of the box. Jangan pakai teori-teori yang menyesakkan hati,” tegas Faisal.

Proyeksi target meleset

Adapun contoh lain bahwa BI tidak kredibel, sebut Faisal, adalah tujuh kali pengubahan target pertumbuhan ekonomi oleh otoritas moneter ini. “Artinya apa? Instrumen yang BI lakukan bukannya mempengaruhi ekonomi, tetapi mengikuti langgamnya ekonomi,” sebut Ketua Tim Reformasi Tata Niaga Migas ini.

Sudah begitu, kata Faisal, revisi target pertumbuhan indikator ekonomi oleh BI pun kerap kali meleset. Target pertumbuhan ekonomi yang dipatok BI pada level 15 persen sampai 17 persen,m misalnya, ternyata hanya tumbuh 13 persen. "Target-targetnya meleset semua,” kata dia.

Pada bagian lain, Faisal merasa aneh dengan nilai tukar rupiah yang belum juga rebound (menguat kembali) ketika cadangan devisa naik. “Numpuk cadangan devisa buat apa sih? Jaga-jaga The Fed naikkan suku bunga?” tanya dia.

Menurut Faisal, tidak mungkin bank sentral Amerika Serikat akan menaikkan suku bunga secara ekstrem dalam setahun ke depan. Masalah ekonomi di Amerika Serikat, kata dia, sedemikian kompleks. “Kalau suku bunga (The Fed) naik pun, akan sangat-sangat gradual, dan paling cepat mulai Oktober 2015. Kita nabungnya setahun, yang sengsara perekonomian,” sebut dia.

Faisal pun menyoroti nilai tukar rupiah yang masih ‘nyungsep’ saat pasar keuangan sudah mulai rebound. “Saya rasa, kembali ke khittah lah BI. Bukan untuk menyelamatkan macam-macam. Tapi dilihat keberadaannya,” ujar dia.

“Ingat betapa mahalnya ongkos yang harus dibayar oleh orang-orang muda yang lagi kredit KPR BTN (kredit untuk kepemilikan rumah, red) yang sekarang tiap bulan naik terus bunganya. Itu ngeluhnya ke BI saja, karena BI yang menginginkan seperti itu,” ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com