Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Indonesia Belum Bisa Menikmati Rendahnya Harga Minyak

Kompas.com - 04/02/2015, 10:17 WIB
Stefanno Reinard Sulaiman

Penulis


JAKARTA,KOMPAS.com - Chief Executive Director Mandiri Institute, Destry Damayanti menilai seharusnya pemerintah menyikapi penurunan harga minyak dunia dengan meningkatkan bidang sektor non-migas. Menurut dia, penurunan tersebut dalam jangka panjang akan berdampak pada nilai ekspor komoditi Indonesia.

"Salah satu tantangan yang harus diwaspadai adalah bahwa harga komoditi itu berkaitan dengan minyak. Ekspor kita 60 persen dari komoditi. Nah, Paling tidak ada insentif pada ekspor non migas supaya bisa tumbuh," kata Destry dalam acara Global Market and Geopolitical Outlook 2015 oleh Eastspring Investments, Jakarta, Selasa (3/2/2015).

Ia mengatakan, rendahnya harga minyak saat ini tidak akan berlangsung lama. Dirinya memprediksi tahun ini harga minyak mentah dunia akan kembali ke level 60 dollar AS-70 dollar AS.

"Harga minyak yang rendah ini tidak akan bertahan dalam jangka yang panjang, paling sekitar 1 -1,5 tahun akan kembali lagi. Sepanjang 2015 mungkin kembali ke level 60-70 dollar AS," kata Destry.

Ia menambahkan pemerintah perlu membangun industri manufaktur, sehingga nantinya tidak akan terlalu terpengaruh dengan harga minyak mentah dunia yang fluktuatif.

"Harga minyak dalam jangka waktu lama akan memukul ekspor. Kita harus convert ke industri manufaktur. Negara seperti Malaysia dan Thailand, industri manufakturnya pasti akan berdampak positif, menjadi murah dan pasti mendorong ekspor. Sedang Indonesia belum bisa menikmati itu (harga minyak rendah)," jelas Destry.

Sementara itu menurut, Presiden Direktur Eastspring Investments Indonesia, Riki Frindos mengatakan, penurunan harga minyak dunia akan berimplikasi positif bagi perekonomian Indonesia.

"Akan positif karena harga minyak turun maka turun juga biaya input produksi, karena itu komponen, dan atau produktivitas proses ekonomi akan naik," jelas Riki.

Selain itu, sebut dia, penurunan harga minyak dunia tersebut akan membuat tingkat inflasi di Indonesia menurun. Kemudian dengan tingkat inflansi rendah, maka suku bunga akan tetap rendah.

"Turunnya harga minyak akan menyebabkan tingkat inflasi turun. Lalu inflansi yang rendah, akan membuat Bank Central menjaga suku bunga tetap rendah," kata Riki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com