Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Susi: Nelayan di Thailand Kenal Saya, Mereka Bilang "Bad, Bad, Bad!"

Kompas.com - 03/03/2015, 06:24 WIB
Stefanno Reinard Sulaiman

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebijakan anti illegal fishing yang beberapa bulan ini menjadi fokus pekerjaan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti ternyata membuahkan hasil. Menurut Susi, akibat larangan transshipment menyebabkan saat ini pasar-pasar ikan besar di Asia Tenggara, seperti Songkhla, Thailand dan General Santos, Filipina sepi pengunjung.

"Praktik illegal fishing sudah kita berantas, sebagai bukti daerah Songkhla, Thailand, tutup dan sepi. General Santos (Filipina) tutup dan sepi. Jadi harga ikan di pasar Asia sudah merata naik, itu karena suplai yang kurang," kata Susi dalam Rakernas Ditjen Perhubungan Laut, di Kemenhub, Jakarta, Senin (2/3/2015).

Susi juga mengatakan, nelayan di Thailand dan Filipina mulai merasakan dampak kebijakan pemerintahan Indonesia. Bahkan nelayan di Songkhla, kata Susi, hingga mengenal namanya.

"Jadi kalau nanti bapak-bapak jalan ke Songkhla, bilang dari Indonesia. Semua nelayannya hapal Menteri Susi. Mereka bilang, 'Menteri Susi bad, bad, bad!'. Tapi ini suatu kebanggaan bagi kita, bahwa tandanya kita tidak perlu jalan-jalan ke pasar dunia sdanya ada di sini, kita tinggal atur saja suplainya,"  ujar pendiri maskapai Susi Air tersebut.

Selain itu, Susi mengatakan Indonesia Bagian Timur sudah mulai merasakan efek dari penerapan peraturan mengenai praktik illegal fisihing. Hal ini dikarenakan dalam 3 bulan terakhir KKP menangkap sekitar 700 kapal eks-asing dengan ukuran 200 GT yang bisa meraup 600-1.000 ton setahun. Kemudian menurut Susi, jumlah kapal tersebut masih bisa berkembang, dikarenakan adanya praktik duplikat surat kapal sehingga jumlahnya bisa bertambah 5-6 kali lipat.

"Kalau kita hitung ada 1.300 kapal, belum lagi ada pengakuan dari para pemain yang menduplikat surat kapalnya. Jadi ada 5-6 kali lipat jumlahnya atau sama dengan 5.000 kapal eks asing yang berkeliaran menangkap ikan di wilayah Indonesia. Untuk produksi kalau dikali 600 ton saja, mereka sudah meraup 3 juta ton/tahun," jelas Susi.

Sementara itu, menurut Susi, dalam waktu dekat bersama Kemenhub, KKP akan melakukan verifikasi ulang terhadap 266 kapal yang terbukti melakukan transshipment sedang bersandar di Kota Bitung. Menyangkut hal ini, Susi berharap adanya bantuan dari Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) dan Ditjen Perhubungan Laut.

"Di Kota Bitung saat ini ada 266 kapal transhipment dengan ukuran 100-200 GT. Nah itu juga mohon KPLP, Ditjen Hubla dan kita (KKP) untuk melakukan pemeriksaan dan investigasi bersama, supaya mengembalikan kerugian PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), dan paling penting menegakkan kedaulatan secara teritorial dan ekonomi kita," ucap Susi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Whats New
IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

Whats New
Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Whats New
PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Whats New
Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Whats New
Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Whats New
5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

Work Smart
Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Whats New
Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Whats New
Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Whats New
Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Whats New
Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Whats New
Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com