Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Terus Melemah, Kesalahan Bank Indonesia?

Kompas.com - 11/03/2015, 11:35 WIB
Stefanno Reinard Sulaiman

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat ekonomi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Iman Sugema, mengatakan bahwa lemahnya nilai tukar rupiah merupakan kesalahan dari Bank Indonesia, yang terus menumpuk dollar AS. Menurut dia, hal tersebut ditunjukkan dari meningkatnya cadangan devisa Indonesia menjadi 114 miliar dollar AS.

"Pelemahan rupiah salah BI, masih nyedot dollar. BI itu malah memperburuk situasi, harusnya sekarang melakukan intervensi. Lihat cadangan devisanya, naik. Kalau cadangan devisa naik, berarti BI kan ngambilin dollar dari pasar," kata Iman di Megawati Institute, Jakarta, Selasa (10/3/2015).

Namun, menurut pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), A Tony Prasetiantono, cadangan devisa naik karena kinerja perdagangan Indonesia yang membaik. "Kinerja perdagangan membaik, defisit berkurang. Tahun 2013, defisitnya 4 miliar dollar AS. Tahun lalu hanya 1,8 miliar dollar AS. Karena impor minyak berkurang, cadangan devisa jadi naik," ujar Tony dalam acara serupa.

Faktor eksternal, menurut dia, menjadi faktor yang dominan dalam pelemahan rupiah. Dalam hal ini, kondisi tersebut disebabkan oleh membaiknya perekonomian negara adidaya Amerika Serikat.

"Akan tetapi, kali ini eksternalnya sangat kuat. Ekonomi Amerika Serikat lagi bagus, sebesar 2,5 persen, sementara pengangguran 5,7 persen, deflasi Januari 0,1 persen. Cadangan minyak yang besar sekali itu pun menimbulkan optimisme sangat besar," kata Tony.

Adapun faktor internal, menurut dia, disebabkan oleh masyarakat yang mulai menunggu untuk memutarkan uangnya dengan alasan faktor ketidakpastian di pasar saat ini. "Barangkali ekspektasi-ekspektasi yang besar pada pemerintah mulai tidak sesuai harapan. Itu juga pasti ada pengaruhnya," lanjut Tony.

Menghadapi kondisi pelemahan rupiah saat ini, Tony menyarankan BI untuk mempertahankan suku bunga BI atau BI Rate. Menurut dia, menaikkan suku bunga tidak akan menolong nilai tukar rupiah.

"Sementara ini, BI Rate 75 persen ditahan dulu, alasannya karena inflasi kita bagus bulan pertama, bahkan deflasi. Jangan diturunkan atau dinaikkan. Percuma, naikkan suku bunga, rupiah juga tidak bisa menguat karena faktor tarikan AS yang seperti magnet, nyedot dari seluruh dunia, termasuk Indonesia," urai Tony.

Baca juga: Tunggu Tindakan Nyata Pemerintah, Rupiah Anjlok Mendekati 13.200

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com