Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur BI Bilang Pelemahan Rupiah Bukan yang Paling Buruk

Kompas.com - 13/03/2015, 14:34 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan, dibandingkan dengan beberapa negara berkembang dan negara di kawasan, rupiah bukanlah mata uang yang mengalami tekanan terburuk akibat menguatnya dollar AS.

“Dari Desember hingga Maret, rupiah mengalami depresiasi 6 persen. Tetapi yang kita mesti tahu di sepanjang tahun 2014, depresiasinya hanya 1,8 persen (YTD). Sebetulnya rupiah tidak terlalu mengkhawatirkan, karena sekarang ada kecenderungan dollar AS menguat terhadap semua mata uang. Mata uang lain tertekan,” ucap Agus, di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (13/3/2015).

Dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, Brazil misalnya, pelemahan rupiah masih lebih baik. Agus mengatakan, pada 2014 lalu Real melemah atas dollar AS sebesar 12,5 persen. Sedangkan pada 2015 ini Real terdepresiasi 17 persen YTD.

Selain dengan Brazil, Agus juga mengambil contoh negara Turki yang juga sering diperbandingkan dengan Indonesia. Sepanjang 2014 mata uang Turki mengalami depresiasi 8 persen. Sementara itu sejak Desember hingga Maret 2015 ini, mata uang Turki sudah terdepresiasi 12 persen.

“Malaysia di tahun lalu depresiasi 6 persen. Sekarang 6 persen juga. Jadi, Indonesia tidak terlalu buruk sebenarnya,” kata Agus.

Lebih lanjut dia mengatakan, melemahnya nilai tukar mata uang di hampir semua negara di dunia adalah akibat adanya perbaikan ekonomi Amerika Serikat, di sisi lain adanya sinyal kecenderungan suku bunga acuan the Fed yang akan dinaikkan.

Agus menambahkan, suku bunga acuan Fed kabarnya akan dinaikkan pada Juni atau Juli tahun ini, dari yang tadinya 0,25 persen menjadi 0,5 persen atau 1 persen. Sementara pada 2016 nanti, the Fed juga akan menaikkan suku bunga acuan menjadi 2 persen atau 2,5 persen.

Agus bilang, BI dan pemerintah mesti mempersiapkan diri menghadapi kondisi tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com