KOMPAS.com — Ternyata, ada yang mendapat untung saat dollar AS menguat terhadap rupiah. Mereka, antara lain, para perajin bambu di Desa Nitikan, Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menurut Suwaji, salah seorang perajin, kerajinan bambu di situ diekspor. Lantaran penguatan dollar AS itulah, harga jual naik hingga 10 persen. "Harga lebih terjangkau," tuturnya pada Senin (16/3/2015).
Di desa itu, lanjut Suwaji, para perajin membuat nampan, piring, tempat air minum mineral, tempat gelas, hiasan dinding, pigura, hingga vas bunga. Produk-produk itu diekspor ke Eropa dan Amerika. Harganya berkisar antara Rp 5.000 sampai Rp 1,5 juta.
Kendati begitu, pelemahan rupiah kali ini, aku Suwaji, juga membuat penurunan permintaan ekspor sekitar 40 persen. "Tapi, hal itu tidak memengaruhi pendapatan pelaku industri," tutur Suwaji.
"Kami menyiasati dengan memaksimalkan penjualan dalam negeri. Produk kami dipasarkan ke Surabaya dan Jakarta," demikian Suwaji.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.