Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Capai 7 Besar Ekonomi Dunia, Kadin Usulkan Bahasa Inggris Diajarkan sejak PAUD

Kompas.com - 18/03/2015, 13:25 WIB
Stefanno Reinard Sulaiman

Penulis


JAKARTA,KOMPAS.com - Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto pesimistis bahwa Indonesia bisa berada di peringkat 7 ekonomi dunia pada tahun 2030 seperti yang diramalkan  lembaga konsultan McKinsey.

Menurut dia, masih ada sejumlah hal yang perlu dibenahi untuk memenuhi prediksi tersebut, salah satunya adalah buruknya kondisi infrastruktur.

"Saat ini kondisi lingkungan bisnis yang kita hadapi itu suku bunga tinggi, infrastruktur yang buruk, pajak yang tinggi, produktivitas yang buruk dari segi SDM, dan ketidakpastian dalam administrasi," kata Suryo dalam acara Indonesia Economic Quarterly (IEQ) oleh Bank Dunia dan Paramadina Public Policy Institute, di Jakarta, Rabu (18/3/2015).

Menurut dia, ada tiga hal yang harus dilakukan pemerintah untuk memperbaiki permasalahan ini. Pertama, adalah mempercepat pertumbuhan infrastruktur, yang menurut dia akan berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi.

"Saya berharap untuk mempercepat infrastruktur, sudah bagus ada pengalihan subsidi BBM ke pendanaan infrastruktur dimana itu yang Kadin ajukan sejak 3 tahun lalu," jelas Suryo.

Kedua, adalah peningkatan kualitas SDM/buruh. Menurut dia, hal ini bisa tercipta jika ada reformasi kebijakan di bidang edukasi. Dia menyarankan pelajaran bahasa Inggris mulai diajarkan sejak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

"Jadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) kita kualitasnya meningkat juga, apalagi mereka menyumbang 20 persen devisa. Kemudian, dorong jumlah dan kualitas lulusan kita bisa setara dengan Jepang, Korea, dan Singapura," jelas Suryo.

Hal ini senada dengan perkataan, Ekonom Bank Dunia, Ndiame Diop, bahwa peningkatan kualitas SDM akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang.

"Untuk jangka panjang, perlu perbaikan kualitas SDM. Perlu mengurangi gap tenaga kerja terlatih/terdidik. Jika sudah diperbaiki, maka produktivitas akan meningkat juga," kata Ndiame dalam acara yang sama.

Perbaikan selanjutnya menurut Suryo adalah, mengurangi kebijakan-kebijakan yang tumpang tindih. Suryo menambahkan, saat ini masih ada sejumlah kebijakan yang antar satu kementerian dengan kementerian lain saling berbenturan.

"Kita butuh kebijakan publik yang cerdas. Saat ini ada kebijakan-kebijakan yang tidak memajukan, bahkan menaruh kita di belakang. Kemudian antar kementerian tidak sinkron satu sama lain," kata Suryo.

Suryo memberi contoh implementasi kebijakan ekspor barang mentah yang tercantum dalam UU No. 4 tahun 2009 pada pembangunan Smelter di PT Freeport, Papua. "Efeknya tidak jalan, income tidak ada sementara ini. Malah tidak dapat income yang dimau," kata Suryo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Transformasi Digital, BRI BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Whats New
Harga Tiket Kereta Api 'Go Show' Naik Mulai 1 Mei

Harga Tiket Kereta Api "Go Show" Naik Mulai 1 Mei

Whats New
SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Whats New
Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com