Indeks dollar AS masih bertahan di tren penurunan. Indeks dollar AS turun hingga 97,5 pada perdagangan Jumat (17/4/2015) malam sementara di sisi lan euro dan yen sama-sama menguat.
Beberapa data AS yang diumumkan membaik seperti consumer sentiment gagal menghandirkan momentum penguatan dollar AS yang masih ditekan oleh koreksi atas ekspektasi kenaikan suku bunga the Fed yang agresif. Stimulus lanjutan oleh PBoC juga berpeluang membantu dollar AS lemah di Asia.
Rupiah masih menguat bersama dengan mayoritas mata uang di Asia. Tekanan pelemahan dollar AS terasa masih kuat di banyak negara berkembang sehingga mendorong penguatan mata uang lokal.
Selain karena pelemahan dollar AS, menurut Riset Samuel Sekuritas Indonesia, untuk rupiah penguatan juga didorong oleh angka neraca perdagangan yang surplusnya membaik. Rupiah diperkirakan hari ini masih akan diuntungkan oleh sentimen pelemahan dollar AS di pasar keuangan global.
Rencana peluncuran bahan bakar jenis baru sebagai pengganti premium, diperkirakan bisa memicu inflasi jika harga yang ditentukan jauh lebih tinggi dari premium sementara harga minyak internasional masih berada dalam tren naik. Tekanan inflasi akan datang secara bertahap bergantung juga pada kecepatan transisi penggantian premium.
Sementara pada awal perdagangan di pasar spot pagi ini, rupiah bergerak melemah. Data Bloomberg pukul 09.00 WIB menunjukkan, mata uang Garuda turun ke posisi Rp 12.876 per dollar AS, dibandingkan penutupan pekan lalu pada 12.850.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.