Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Kian Jadi Pasar Menarik

Kompas.com - 27/04/2015, 20:39 WIB


KOMPAS.com - Lima tahun terakhir ini, perkembangan bisnis perdagangan secara elektronik (e-commerce) di Indonesia sungguh menjanjikan. Hasil riset yang diprakarsai oleh Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), Google Indonesia, dan TNS (Taylor Nelson Sofres) memperlihatkan bahwa pada 2013 nilai pasar bisnis perdagangan secara elektronik Indonesia mencapai 8 miliar dollar AS  atau setara Rp 94,5 triliun. Pada 2016 nanti, pasar ini diprediksi naik tiga kali lipat menjadi 25 miliar miliar dollar AS  atau setara dengan Rp 295 triliun.

Potensi ini dibarengi dengan jumlah pengguna internet yang mencapai angka 82 juta orang atau sekitar 30 persen dari total penduduk di Indonesia. Ini membuat pasar sistem perdagangan secara elektronik menjadi tambang emas yang sangat menggoda bagi sebagian orang yang bisa melihat potensi ke depannya. Apalagi, menjelang pelaksanaan pasar bebas ASEAN (MEA) di akhir 2015, banyak pengamat yang memprediksikan bahwa Indonesia akan menjadi pasar potensial bagi negara lain untuk menjual barangnya. “Kondisi ini tidak bisa kita elakkan. Orang-orang dari luar Indonesia akan berduyun-duyun datang ke Indonesia. Tujuan mereka cuma satu, menguasai pasar Indonesia. Mau tidak mau, kita harus berbenah agar mampu menjadi tuan di rumah sendiri,” ujar Fajrin Rasyid, Co-Founder & CFO Bukalapak.com dalam catatannya hari ini.

Salah satu langkah untuk berbenah itu, kata Fajrin adalah dengan memaksimalkan potensi bisnis sistem perdagangan secara elektronik yang telah terbukti pertumbuhannya terus meningkat. Apalagi, jual-beli daring (online) ini hanya butuh modal kecil namun hasilnya sungguh luar biasa (low cost high impact). “Di era seperti sekarang ini, semua orang bisa sukses menjadi online seller,” ujarnya.

Meski demikian, Fajrin  mengingatkan calon pelapak atau penjual daring agar mempelajari secara detil media sistem perdagangan secara elektroniknya. Pasalnya, selama ini dikenal dua kategori dalam sistem itu yakni Classified Media dan  Transaction Platform. Untuk yang terakhir, dikenal adanya konsep C2C (personal), lalu small B2C, B2B2C, dan terakhir B2C. “Bukalapak merupakan marketplace (C2C) yang melibatkan pelapak dan pembeli secara langsung,” ujarnya.

“Masing-masing media tersebut memiliki keunggulan dan kelemahannya,” imbuhnya.

Peluang

Di sisi lain, mereka yang ingin mengelola perusahaan perdagangan secara elektronik segera memulai usahanya dan tidak menunda lagi. Harus ada keyakinan bahwa peluang besar bisnis itu terbuka lebar. Hal ini bisa dilihat dalam beberapa tahun terakhir tatkala banyak sekali perusahaan daring didirikan. Produk yang ditawarkan sangat beragam, mulai dari mode, peralatan elektronik, alat-alat rumah tangga, dan lain-lain.

Apalagi, data idEA menyiratkan bahwa pada akhir 2015 pengguna internet di Indonesia akan mencapai 125 juta orang. Ini merupakan lonjakan besar dari 55 juta pengguna pada 2012. Pengamatan ini berdasarkan pertumbuhan kelas menengah yang makin luas sekaligus menjadi kekuatan pendorong yang sangat besar. “Jangan lupa melakukan benchmarking dengan pemain-pemain e-commerce yang sudah eksis dan tumbuh besar. Ini juga harus didukung dengan berbagai keunggulan produk yang dijual di lapak,” ujarnya.

Fajrin menegaskan, Bukalapak telah melalui semua fase tersebut dengan kerja keras, keyakinan dan mimpi besar bahwa Bukalapak bisa menjadi sistem perdagangan secara elektronik nomor satu di Indonesia. Saat ini, Bukalapak telah berada di jalur yang benar untuk tumbuh besar. Hal ini bisa dilihat dari jumlah pelapak yang telah lebih dari 200.000 pelapak, melonjak tinggi dibandingkan saat berdiri pada 2010 dengan hanya 6.500 pelapak. Sedangkan pengunjung Bukalapak kini telah mencapai lebih dari 1 juta orang setiap harinya.

Kinerja Bukalapak yang moncer itu juga telah mengundang sejumlah investor untuk menaruh dananya di Bukalapak. Butuh waktu satu tahun sejak berdiri pada 2010, Bukalapak mendapatkan investasi pertama dari Batavia Incubator. Kemudian datang investasi selanjutnya dari Aucfan, IREP, 500 Startups, dan GREE Ventures (serie A). Terakhir, pada Februari 2015, Bukalapak mendapatkan investasi serie B dari Emtek Group – SCTV Group (PT Kreatif Media Karya). “Semua ini tak lepas dari keunggulan produk yang kami tawarkan, tim internal yang solid dan pangsa pasar Bukalapak yang terus membesar. Meski demikian, kami tidak pernah puas dengan hasil yang kami capai selama ini. Kami terus bekerja dan bekerja untuk membesarkan Bukalapak,” pungkasnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com