Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lepas 254 Calon TKI ke Korea, Kepala BNP2TKI Ingatkan soal ISIS

Kompas.com - 28/04/2015, 07:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid mengingatkan kepada para calon TKI agar waspada terhadap ideologi radikal seperti ISIS (Islamic State of Iraq and Syam), jangan boros, serta menjaga nama baik bangsa dan negara.

"Orang Indonesia di luar negeri banyak yang menjadi sasaran perekrutan ISIS. Jadilah TKI yang berpegang teguh kepada Pancasila, NKRI adalah final dan hargailah agama lain karena Islam adalah agama perdamaian dan kesejahteraan," ujarnya dalam pernyataan resmi yang diterima Kompas.com.

Sejauh ini, kata Nusron, diketahui ada 16 TKI yang mengikuti pengajian yang berkaitan dengan ISIS di Korea Selatan. 

Kepala BNP2TKI mengutarakan hal tersebut ketika memberi pengarahan sekaligus melepas keberangkatan 255 Calon TKI ke Korea Selatan berdasarkan program antarpemerintah (G to G).

Acara berlangsung di Pusat Kerjasama Budaya dan Teknik Indonesia-Korea Selatan, Jalan Penganten Ali No. 71 Ciracas, Jakarta Timur, Senin (27/4/2015). Turut hadir Deputi Penempatan BNP2TKI, Agusdin Subiantoro.

Menurut data BNP2TKI, ke-255 TKI yang akan diberangkatkan tersebut akan bekerja di sektor pekerjaan manufaktur dan perikanan. Masing-masing 180 orang bekerja di sektor manufaktur dan 75 orang lainnya bekerja di sektor perikanan dengan komposisi jumlah pria 244 orang dan wanita 10 orang.

Dalam kesempatan itu, Nusron Wahid mengingatkan tentang godaan kedua yakni konsumerisme. "Jangan lupa menabung. Harta yang diperoleh agar diinvestasikan . Jangan sampai kalau setelah kembali ke Indonesia malah mendaftar jadi TKI lagi," ujarnya. 

"Pemerintah saat ini sedang mengkaji agar 20 persen gaji TKI menjadi deposit hingga ketika pulang dapat digunakan untuk modal usaha," tambah Nusron.

Hal ketiga, lanjutnya, jaga nama baik bangsa dan negara. Jangan lupa tanah air. Masa bekerja selama lima tahun ini harus digunakan dengan sebaik-baiknya sebagai momentum hijrah. Kalo punya rejeki kirim zakat jangan lupa. Jangan terlalu kerasan disana. Jangan sampai melampaui batas waktu tinggal sebab Indonesia akan kena penalti dan tidak boleh lagi kirim TKI ke sana.

Nusron menganggap menjadi TKI ke Korea Selatan merupakan proses hijrah karena niat berangkat adalah memperbaiki nasib diri sendiri dan memperbaiki taraf hidup keluarga.

"Niat awalnya yang harus ditata ucap. Semua kembali pada niat. Namanya orang bekerja itu banyak godaannya, antara lain menjadi tidak produktif. Para TKI yang akan berangkat ke Korea Selatan juga jangan neko-neko," Nusron Wahid mengingatkan.

Sementara itu Deputi Penempatan BNP2TKI, Agusdin Subiantoro menyatakan, hingga kuartal keempat pada tahun ini sudah diberangkatkan 1.700 TKI ke Korea Selatan. Indonesia memperoleh kuota 5.800 dari total 55.000 kuota lowongan pekerjaan yang dibuka oleh Korea untuk negara lain. Indonesia merupakan negara yang paling besar kuotanya dibandingkan negara lain.

"Itu artinya Korea Selatan masih mempercayai Indonesia," ujar Agusdin.

Ia menambahkan mulai tahun ini, proses penempatan TKI ke Korea Selatan menggunakan sistem online karena itu jangan jadi TKI kaburan. Bila TKI melarikan diri dari tempat kerja, Indonesia tidak boleh mengirim TKI lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Kendaraan Listrik VKTR Catat Pendapatan Bersih Rp 205 Miliar Per Kuartal I-2024

Emiten Kendaraan Listrik VKTR Catat Pendapatan Bersih Rp 205 Miliar Per Kuartal I-2024

Whats New
Cek Harga BBM Pertamina per 1 Mei 2024

Cek Harga BBM Pertamina per 1 Mei 2024

Whats New
Harga BBM Shell per 1 Mei 2024 Naik, Cek Rinciannya!

Harga BBM Shell per 1 Mei 2024 Naik, Cek Rinciannya!

Whats New
Satgas Judi 'Online' Belum Mulai Bekerja, Pemerintah Masih Susun Formula

Satgas Judi "Online" Belum Mulai Bekerja, Pemerintah Masih Susun Formula

Whats New
Penyaluran Kredit Ultramikro Capai Rp 617,9 Triliun pada Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Ultramikro Capai Rp 617,9 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Whats New
[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

Whats New
Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com