Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Jokowi Tak “Senggol” Lembaga Donor Bentukan China di KAA?

Kompas.com - 28/04/2015, 20:31 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
– Dalam peringatan Konferensi Asia-Afrika Ke-60 pekan lalu Presiden Joko Widodo (Jokowi) melontarkan kritik keras kepada sejumlah lembaga donor internasional seperti World Bank (WB), Asia Development Bank (ADB), serta International Monetary Fund (IMF). Namun, dalam kesempatan tersebut Jokowi tak sedikit pun menyenggol soal, Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).

Padahal, peran lembaga donor bentukan China itu sama seperti ketiga donor yang dikritik, yakni sebagai sumber utang. Apakah ini menunjukkan arah kebijakan pemerintahan ke depan yang cenderung akan bermain ke timur?

“Ya memang tidak disebut, orang belum ada kok disebut-sebut. Yang sudah ada itu WB, ADB,” kata Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro di kantornya, Jakarta, Selasa (28/4/2015).

Hanya saja, lanjut Bambang, sebenarnya yang menjadi perhatian pemerintah Indonesia saat ini adalah kritik keras Amerika Serikat (AS) terhadap keberadaan AIIB. Menurut Bambang, kritik keras negeri Paman Sam terhadap AIIB sungguh tidak adil.

“Ada upaya dari negara yang sedang emerging ingin menyediakan financing untuk negara lainnya, Amerika malah cenderung tidak setuju. (Sedang) Amerika sendiri tidak mau menambah modal baik di World Bank maupun di ADB,” sambung Bambang.

Dia bilang, kondisi tersebut tidak menguntungkan bagi negara seperti Indonesia. Sosok pemberi financing menjadi terbatas.

“Jadi, kita sangat welcome atas kehadian AIIB,” imbuh dia. (Baca: Jokowi: IMF, Bank Dunia, dan ADB Tak Memberi Solusi)

Meski begitu, Bambang menambahkan, keberadaan AIIB nantinya akan melengkapi donor lain seperti ADB. Pasalnya, ADB tidak akan banyak masuk ke proyek infrastruktur skala besar, melainkan di pendidikan, kesehatan, masalah kemiskinan, serta infrastruktur dasar.

“Tapi infrastruktur skala besar apakah kereta api, toll road, itu nanti yang akan di-take care AIIB. Nah itu akan sangat bagus bagi Indonesia,” pungkas Bambang.

Utang tidak menguntungkan

Direktur Eksekutif INDEF, Enny Sri Hartati mengatakan, kritik Presiden Jokowi pada WB, IMF dan ADB dalam peringatan KAA Ke-60 pekan lalu sedikit banyak berkaitan dengan pembentukan AIIB. Namun, kendati diinisiasi oleh China pun, belum tentu AIIB tidak bisa mendikte pemerintah ke depan.

“Dengan AIIB pun kalau Indonesia tetap kalah dalam lobi dan bargaining, ya tetap saja jadi objek,” kata Enny kepada Kompas.com.

Enny mengatakan, kerjasama dengan lembaga donor internasional manapun tidak akan memberikan keuntungan jika pemeirntah tidak memiliki posisi tawar yang baik. Semua kerjasama, kata dia, seharusnya didasarkan pada prinsip kesetaraan, keadilan, saling menguntungkan, tidak ada intervensi, eksploitasi maupun dominasi.

“Kalau posisi Indonesia menghadapi negara-negara manapun bisa seperti itu, pasti ya menguntungkan. Jadi, masalahnya bukan di negara-negara tersebut (donor bentukan negara maju atau berkembang). Tapi confidence Indonesia,” tandas Enny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

Whats New
Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com