"Rupiah berpeluang melemah hari ini di tengah penguatan dollar AS di pasar global serta sentimen negatif dari domestik," demikian menurut Riset Samuel Sekuritas Indonesia.
Dollar AS yang walaupun secara umum masih berada di dalam tren penurunan, mulai menguat. Tidak hanya euro dan yen yang melemah terhadap dollar AS tetapi hampir seluruh mata uang di pasar Asia.
Angka manufaktur Zona Euro yang membaik sama sekali tidak membantu euro untuk menguat yang saat ini sedang tertekan oleh proses negosiasi Yunani dengan para pemberi kredit (Troika).
Sementara itu, angka manufaktur China yang masih mempertahankan tren buruknya mengembalikan penguatan dollar AS di pasar Asia hingga kemarin sore. Malam nanti, neraca perdagangan AS ditunggu dan diperkirakan melebar defisitnya.
Inflasi Indonesia di April naik hingga 6,79 persen secara tahunan (YoY) terutama akibat kenaikan harga barang-barang yang ditentukan oleh pemerintah seperti bensin, elpiji dan tarif listrik. Inflasi masih memiliki ruang untuk naik walaupun diperkirakan menjelang akhir tahun akan turun ke kisaran 4,5-5 persen YoY.
Hari ini angka PDB Triwulan I-2015 ditunggu dan diperkirakan di kisaran 4,8-4,9 persen YoY. Angka inflasi tinggi serta PDB buruk akan menjaga sentimen negatif yang muncul semenjak pekan lalu di pasar keuangan domestik. Pemerintah yang menargetkan PDB 5,7 persen YoY diperkirakan merespon perlambatan dengan kebijakan yang mempercepat penyerapan anggaran sementara BI membantu dengan pelonggaran moneter lanjutan.
Sementara di pasar spot pagi ini, mata uang Garuda turun ke posisi Rp 12.991 per dollar AS, dibanding penutupan kemarin pada Rp 12.987.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.