Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Garuda Indonesia Akhirnya Meraup Untung

Kompas.com - 11/05/2015, 07:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah beberapa tahun terakhir berdarah-darah, kini PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mampu meraih untung. Pada kuartal pertama 2015, GIAA membukukan laba 11,39 juta dollar AS atau sekitar Rp 148,07 miliar (kurs Rp 13.000 per dollar AS). Pada periode yang sama tahun sebelumnya, GIAA merugi 168,04 juta dollar AS. Dengan ini, laba per sahamnya pun terkerek menjadi 0,00044 dollar AS.

Pendapatan GIAA meningkat 13,44 persen dari 817,41 juta dollar AS ke posisi 927,32 juta dollar AS. Kontribusi pendapatan dari penerbangan berjadwalnya yakni 805,48 juta dollar AS, penerbangan tak berjadwal US$ 39,2 juta, dan lainnya 82,64 juta dollar AS.

"Di kuartal pertama, Garuda meraih kenaikan trafik penumpang domestik 13 persen dan internasional 17 persen," kata Direktur Utama GIAA Arif Wibowo, dalam pesan singkatnya kepada Kontan, Minggu, (10/5/2015).

Ia menyebut bahwa meski pangsa pasarnya menipis, namun GIAA tetap bisa mencatat kenaikan jumlah penumpang. Menurutnya, pangsa pasar penumpang domestik GIAA turun sekitar 9 persen di kuartal satu lalu.

Sementara, beban yang GIAA tanggung sedikit meringan. Beban usahanya turun 6,54 persen dari 980,97 juta dollar AS ke posisi 916,73 juta dollar AS. Ini didorong oleh beban operasionalnya yang turun 11,03 persen  dari 597,63 juta dollar AS ke posisi 531,71 juta dollar AS.

Lemahnya harga minyak dunia turut berperan berkurangnya beban tersebut. Dus, GIAA juga tengah menekankan efisiensi. Efisiensi yang dilakukan antara lain mengurangi isian kelas bisnis dari 12 menjadi 8 kursi.

Untuk menghindari turbulensi nilai tukar, GIAA juga melakukan cross currency swap. Pada 2 April lalu, GIAA melakukan cross currency swap sebesar Rp 1 triliun dengan PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII), PT Bank Mega Tbk (MEGA), Bank Standard Chartered, dan Bank ANZ.

Pada kuartal pertama kemarin, fluktuasi nilai tukar Rupiah ternyata membawa untung bagi maskapai ini. GIAA tercatat memperoleh laba selisih kurs 18,99 juta dollar AS. Sementara di kuartal pertama 2014, GIAA rugi kurs 34,31 juta dollar AS.

Lebih lanjut, GIAA akan menerbitkan global sukuk senilai 500 juta dollar AS. Sukuk global tersebut memberi kupon maksimal 6,9 persen per tahun dan tenor 5 tahun. Adapun, penerbitan sukuk itu dinilisi bisa meringankan covenance utang GIAA.

Pekan lalu, saham GIAA tutup di harga Rp 560 atau memerah 0,88 persen dibanding hari sebelumnya. (Annisa Aninditya Wibawa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com