Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNBR Klaim 60 Persen Kreditur Setuju Tukar Utang dengan Saham

Kompas.com - 19/06/2015, 08:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) punya pekerjaan rumah berat di tahun ini. Perseroan harus segera keluar dari jerat utang yang membuat ekuitasnya menjadi negatif. Restrukturisasi utang ini akan dilakukan dengan cara penukaran utang dengan saham alias debt equity swap.

Eddy Soeparno, Direktur Keuangan BNBR mengatakan, sudah 60 persen kreditur yang menyetujui penukaran utang dengan saham. Total utang yang akan direstrukturisasi mencapai Rp 4,5 triliun hingga Rp 5,2 triliun. Persetujuan dengan kreditur ini ditargetkan selesai pada Kuartal III tahun ini.

Setelah finalisasi dengan kreditur dan mendapat izin dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), perseroan akan menerbitkan saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (non-HMETD) atau non pre-emptive rights (NPR). Jumlah utang jumbo ini membuat saham yang dikeluarkan juga sangat besar, maksimal mencapai 58 persen dari total modal ditempatkan dan disetor penuh.

Sejatinya, dalam ketentuan pasar modal, jumlah saham maksimal yang diterbitkan dalam aksi korporasi private placement maksimal sebesar 10 persen dari modal disetor. Namun, perusahaan yang mengalami ekuitas negatif alias defisiensi modal mendapat pengecualian.

"Kalau semua kreditur menyerap saham baru ini, maka kreditur akan memiliki maksimal 58 persen saham perseroan," ujar Eddy, Kamis (18/6/2015).

Nah, ada catatan khusus mengenai akrobat BNBR kali ini. Eddy menyebut, tidak menutup kemungkinan kalau induk usaha yang juga dikendalikan keluarga Bakrie akan turut menyerap saham baru tersebut. Sayang, Eddy enggan mengatakan secara spesifik perusahaan Bakrie yang mana yang bakal menjadi pembeli siaga. Dengan begitu, utang BNBR akan dihapus dari laporan keuangan dan menjadi tanggungan keluarga Bakrie.

"Sebagian saham baru kemungkinan akan diserap oleh pemegang saham dari kelompok usaha Bakrie sendiri. Utang perseroan akan dialihkan ke sana," imbuhnya.

Yang menjadi catatan lain adalah, penerbitan saham baru ini tentu bakal menimbulkan efek dilusi yang besar untuk pemegang saham lainnya, termasuk pemegang saham publik. Informasi saja, saat ini masyarakat memegang 56,05 persen saham BNBR. Lalu sebesar 21,61 persen dimiliki oleh Credit Suisse. Sebesar 9,34 persen dimiliki Mackenzie, dan Interventures Capital Pte Ltd sebesar 5,04 persen.

Targetkan ekuitas positif

Eddy mengklaim, konversi utang menjadi saham menjadi opsi paling relevan untuk mengatasi defisiensi modal BNBR. Meski efek dilusi yang ditimbulkan tinggi, namun usai restrukturisasi, utang akan terhapus dan perseroan bakal mencetak ekuitas positif di akhir tahun.

Targetnya, ekuitas BNBR bisa positif sekitar Rp 2 triliun hingga Rp 2,5 triliun di akhir tahun ini. Per Kuartal I-2015, defisiensi modal perseroan tercatat sebesar Rp 2,5 triliun.

Saat ini, total pinjaman BNBR dalam mata uang dollar mencapai Rp 3,6 triliun. Sebesar Rp 2,3 triliun merupakan pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo tahun ini. Pinjaman itu berasal dari Mitsubishi Corporation Jepang sebesar Rp 1,9 triliun dan dari Eurofa Capital Investment Singapura sebesar Rp 1,3 triliun.

Belum selesai di situ, BNBR juga masih harus menjual asetnya untuk membayar utang Credit Suisse senilai 86,7 juta dollar AS. Pembayaran ini akan dilakukan secara tunai. "Ada beberapa aset tanah atau bangunan yang akan dijual untuk membayar utang ini," imbuh Eddy.

Ia optimistis, saham BNBR bisa bergerak naik jika ekuitas perseroan kembali positif. Seperti diketahui, saham BNBR kerap dijuluki saham "gocap" lantaran tak pernah berkutik dari level Rp 50 per saham.

William Suryawijaya, Analis Asjaya Indosurya Securities mengatakan, ekuitas yang positif memang menjadi kunci BNBR untuk kembali memulihkan kepercayaan pasar. BNBR juga harus membuktikan kalau proyek infrastruktur yang digarap akan memberi keuntungan jangka panjang.

"Sampai ada kepastian soal ini semua, sebaiknya Hold dulu untuk saham BNBR," pungkasnya. (Narita Indrastiti)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendiri Jadi Tersangka Dugaan Korupsi PT Timah, Sriwijaya Air Buka Suara

Pendiri Jadi Tersangka Dugaan Korupsi PT Timah, Sriwijaya Air Buka Suara

Whats New
Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Whats New
Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Whats New
Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Whats New
Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Whats New
Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Whats New
Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Whats New
Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Whats New
Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

Whats New
Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Whats New
Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Whats New
Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com